30-3-1965: Teror Bom Mobil di Kedutaan AS di Saigon

Teror melanda kedutaan Amerika Serikat di Saigon, Vietnam. Sebanyak 22 orang tewas karenanya.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 30 Mar 2017, 06:00 WIB
Kedutaan AS di Saigon, Vietnam yang dibom. (US Army Military History Institute)

Liputan6.com, Ho Chi Minh - Hari ini, 52 tahun silam, teror bom melanda kedutaan Amerika Serikat di Saigon, Vietnam. Pada tanggal 30 Maret 2017, sebuah bom mobil yang diparkir di depan gedung perwakilan diplomatik Negeri Paman Sam itu meledak.

Seperti dilansir dari History.com, ledakan itu hampir menghancurkan seluruh gedung. Kongres dengan cepat menganggarkan dana sebesar US$ 1 juta untuk merekonstruksi bangunan kedutaan yang rusak akibat ledakan bom.

Beberapa pemimpin militer AS menganjurkan serangan balasan pada Vietnam Utara, namun Presiden kala itu, Lyndon B. Johnson menolaknya.

Menurut History Channel, teror bom itu terjadi ketika seorang polisi Vietnam mulai berdebat dengan pengemudi mobil yang memarkir kendaraannya di depan kedutaan.

Sopir itu menolak untuk pergi dan tak lama kemudian ada tentara Viet Cong yang melintas dan menembaki polisi dari mobil.

Tak berapa lama, mobil yang berisi 300 pon bahan peledak plastik itu meledak. 

Ledakan di depan kedutaan besar itu membunuh 22 orang, 19 di antaranya dari Vietnam, 2 dari Amerika, dan 1 Filipina. Sementara 183 lainnya luka-luka.

Satu korban perempuan diidentifikasi sebagai karyawan CIA, Barbara Robbins, 19 lainnya disebutkan dari Vietnam dan satu yang berasal dari Filipina diketahui bertugas di Angkatan Laut AS.

Detik-Detik Ledakan Bom

Theodore R. Little, Jr yang bertugas di bagian Embassy Marine (MSG) menjadi saksi mata detik-detik sebelum ledakan terjadi.

Sekitar pukul 11.00, pengemudi kendaraan Detasemen Embassy Marine yang menjemputnya memberitahu resepsionis bahwa ia akan menunggu di luar sampai Theodore R. Little, Jr muncul. 

Setengah jam kemudian sekitar pukul 11.30, Theodore R. Little, Jr keluar dan menyaksikan sebuah mobil yang meluncur, mendekati pintu masuk ke kedutaan.

Beberapa saat kemudian gedung 5 lantai itu berguncang hebat akibat ledakan. Theodore R. Little, Jr pun kembali ke posnya. Ia yang seharusnya pulang saat itu kembali menunaikan tugas mengamankan kompleks kedubes. 

Insting sebagai tentara membuat Little tak mengizinkan siapapun masuk ke dalam kompleks kedutaan sampai petugas lainnya muncul. Ia menderita luka ringan akibat insiden tersebut.

Duta Besar saat itu, Maxwell Taylor menyebut apa yang dilakukan Theodore R. Little, Jr. adalah aksi heroik.

Sebelum pemboman itu, pihak kedutaan telah menerima sejumlah ancaman bom. Namun semua itu tak terbukti.

Setelah serangan itu, Menteri Luar Negeri Vietnam Selatan Tran Van memberikan penghargaan Medal of Honor First Class pada Barbara Robbins dan anggota angkatan laut Filipina secara anumerta. 

Pada tanggal yang sama pada tahun 1981, Presiden AS Ronald Reagan ditembak oleh John Hinckley Jr.

Sementara pada 30 Maret 2009 tercatat sebagai momen saat 12 orang bersenjata menyerang Akademi Kepolisian Manawan di Lahore, Pakistan. Sebanyak 16 orang tewas termasuk 8 militan, sementara 95 lainnya luka-luka.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya