IHSG Terus Cetak Level Tertinggi, Simak Saham Pilihan Ini

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak di kisaran 5.517-5.615 pada Kamis pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Mar 2017, 07:15 WIB
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Hal itu didukung aliran dana investor asing masih terus masuk ke pasar modal Indonesia.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, IHSG terlihat masih dalam rentang konsolidasi dengan indikasi kenaikan cukup besar.

Level support IHSG bertahan sehingga dapat kembali dongkrak IHSG ke level tertinggi. Ini didukung aliran dana investor asing masih terus masuk ke pasar modal Indonesia. Tercatat dana investor asing masuk mencapai Rp 1,32 triliun dalam dua hari sejak 27 Maret 2017. Aliran dana investor asing ini, menurut William dapat mendorong IHSG kembali cetak rekor.

"IHSG berpotensi menguat di kisaran 5.517-5.615," ujar William, Kamis (30/3/2017).

Sementara itu, Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi menuturkan, IHSG akan variasi dengan kecenderungan tertekan. IHSG akan berada di kisaran 5.550-5.600.

"Pergerakan IHSG secara teknikal kembali cetak rekor baru dengan bergerak mendekati level 5.600 setelah menguat pada support rata-rata tujuh harian. Dengan pergerakan yang cenderung pada area jenuh beli," jelas dia.

Analis PT NH Korindo Securities Bima Setiaji menuturkan, strategi ketika IHSG sedang terus menuju level tertinggi dapat menjual saham-saham sudah mahal secara valuasi. Pelaku pasar dapat pindah ke saham-saham yang masih memiliki valuasi murah.

"Sektor saham konstruksi dan properti masih murah. Saham-sahamnya ada PTPP dan PT Ciputra Development Tbk untuk diakumulasi," ujar Bima saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menuturkan, aliran dana investor asing juga masih akan masuk ke pasar saham Indonesia. Hal ini mengingat ekonomi Indonesia sudah membaik terutama anggaran belanja negara yang rasional dan konservatif pada 2017. "Selain itu, harga komoditas juga menguat, sehingga berpotensi mendorong tercapainya penerimaan negara," kata dia.

Ditambah, siklus kredit macet atau non performing loan (NPL) mencapai puncak pada kuartal IV 2016. Seiring penurunan NPL, Bima memperkirakan kredit tumbuh tinggi. Kemudian ada sentimen harapan kenaikan surat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat internasional S&P.

Untuk rekomendasi saham, Lanjar memilih saham PT Timah Tbk (TINS), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Sedangkan William memilih saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya