Liputan6.com, Jakarta Orang yang depresi akibat gangguan bipolar harus ditangani dengan tepat. Salah satu hal yang perlu dibangun adalah tidak mencecarnya dengan banyak pertanyaan apalagi menasehatinya.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Kepala Departemen Psikiatri RSCM, dr AAA Agung Kusumawardhani SpKJ(K), tanda-tanda depresi dapat dikenali dengan mudah. Orang yang depresi mulai menarik diri dari lingkungan sekitar.
Biasanya mereka tidak mau bertemu dengan siapapun. Mengunci diri di ruangan dan tidak keluar ruangan.
"Cara menghadapinya, jangan memaksakan atau mendorongnya dengan pertanyaan, 'Ada masalah apa? Mengapa mengunci diri?' Pertanyaan mencecar ini perlu dihindari," kata dr Agung saat ditemui pada seminar media Gangguan Bipolar vs Gaya Hidup Modern di Hong Kong Cafe, Jakarta, ditulis Jumat (30/3/2017).
Selain itu, cara menghadapi orang depresi dengan menasihati juga dinilai tidak perlu dilakukan.
"Mereka cuma ingin didengarkan saja (apa dan bagaimana yang dialami) dan jangan dinasihati. Dengarkan saja cerita keputusasaan mereka. Ketika mereka menunjukkan tanda-tanda depresi berat dengan menunjukkan gambar pistol, itu pertanda kita harus mendampingi mereka," lanjutnya.
Terapkan logika bicara yang beda
Terapkan logika bicara yang beda
Hindari pula memberikan nasihat, kata Ketua Perhimpunan Kedokteran Jiwa Indonesia cabang Jakarta, dr Nova Riyanti Yusuf, SpKJ.
"Kalau lagi depresi ya tidak usah dinasihati atau diceramahi. Kunci lainnya, jangan menempatkan logika bicara kita terhadap orang lain pada umumnya," kata Nova.
Ia menyontohkan, ketika kita bicara pada orang yang depresi seperti misalnya "Ada banyak orang yang lebih susah daripada Anda". Kalimat tersebut tidak akan dipahami oleh orang yang depresi akibat gangguan bipolar.
Penerapan logika bicara yang berbeda terhadap orang yang depresi ini perlu dihindari. Hal ini dikarenakan orang yang depresi akan makin tenggelam dalam dunianya, kemudian bisa berujung dengan bunuh diri.
Advertisement