Liputan6.com, Manila - Pertempuran antara militer dan pemberontak komunis terjadi di Filipina Timur. Kejadian ini menewaskan belasan orang.
Dari pihak gerilyawan, diketahui 10 orang tewas. Sementara Militer Filipina yang kehilangan nyawanya sebanyak dua orang.
Advertisement
Peristiwa ini terjadi sebelum perundingan damai antara pemerintah dan pemberontak kembali digelar, usai absen dalam waktu sangat lama.
Komandan Militer Filipina, Mayor Jenderal Rhoderick Parayno menyatakan, pihaknya tidak membawa jenazah gerilyawan. Namun, dari perhitungan di tempat kejadian dipastikan, 10 orang pemberontak yang tewas.
Baku tembak tersebut terjadi tanpa disengaja. Kejadian dimulai saat 30 orang gerilyawan berpapasan dengan militer.
Setelah kejadian itu, baku tembak langsung terjadi. Suasana di kota Nakar pun sempat mencekam selama beberapa saat.
Sementara itu di Manila, sekira 100 orang pendukung dan simpatisan Partai Komunis Filipina berunjuk rasa dekat istana presiden. Mereka berdemo sembari menggunakan pakaian serba merah dan penutup wajah.
Selain itu, pendemo juga membawa bendera palu arit. Benda tersebut diketahui sebagai lambang gerakan komunis. Demikian dilansir dari AP, Jumat (31/3/2017).
Demonstrasi dilakukan sembari berteriak dan menyanyikan nyanyian 'hidup masyarakat baru'.
Rencananya, negosiasi antara pemerintah dan pemberontak akan dilaksanakan pada pekan depan. Negosiasi digelar Belanda dengan perantara Norwegia.
Perundingan damai merupakan hal yang sangat mendesak. Pasalnya, belakangan pertempuran antar dua pihak semakin sering terjadi.
"Sekarang tidak ada alasan hanya mendeklarasikan gencatan senjata unilateral, presiden ingin persetujuan gencatan senjata dilakukan secara bilateral," sebut Kepala Negosiator Filipina, Silvestre Bello III.