Liputan6.com, Jakarta - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama atau PWNU DKI Jakarta mengatakan politisasi masjid dan radikalisme agama didasari adanya ketakutan dari sejumlah umat muslim. Fenomena tersebut terlihat dengan adanya spanduk-spanduk larangan mensalatkan jenazah.
Menurut Wasekjen PWNU DKI Jakarta Gus Husny Mubarok Anir, hal tersebut dapat berdampak buruk kepada masyarakat karena secara tidak langsung mengajarkan hal kurang baik.
Advertisement
"Karena itulah kita dari Lembaga Takmir Masjid dan PWNU mengajak masyarakat untuk berpikiran jernih, tetap santun. Apalagi yang kita hadapi hanyalah Pilkada," ucap Gus Husny dalam acara Halaqoh Takmir Masjid bertajuk "Menolak Politisasi Masjid, Melawan Radikalisme Agama" di Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (31/3/2017).
Selain itu, Gus Husny menyatakan agar masyarakat tidak menggunakan pesan agama untuk keperluan politik.
"Seharusnya masyarakat harus mendapatkan edukasi yang benar. Kemudian para ulama di Jakarta jangan menggunakan lagi masjid untuk ajang politisasi untuk memenangkan salah satu paslon," papar dia.
Gus Husny juga mengimbau agar masyarakat mampu menerima adanya perbedaan. "Sudah jelas dalam memilih pemimpin, secara tafsiran Al Maidah, ada yang memperbolehkan, ada juga yang melarang. Dan itu harus diterima masyarakat. Enggak benar jika masalah memilih dipaksakan," tandasnya.
Dalam acara yang diselenggarakan PWNU DKI Jakarta ini hadir pula calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.