Optimalkan Pemanfaatan Gas, PLN Mampu Tekan Biaya Produksi

PLN akan terus mencari peluang agar BPP Pembangkit di Pusat Listrik Belawan bisa lebih efisien.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 01 Apr 2017, 18:36 WIB
Suasana perbaikan Menara Sutet di Jalan Asia Afrika, Jakarta, Rabu (12/8/2015). Pekerjaan tersebut mengandung resiko besar karena jaringan listrik masih dipelihara tanpa dipadamkan. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan mengunjungi Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Belawan. Kedua pembangkit tersebut merupakan pemasok utama yang setara 25 persen kelistrikan di Sumatera Utara.

Adapun kapasitas total dari kedua pembangkit mencapai 720 MW. Sejak dibangun sekitar 25 tahun yang lalu, hingga kini kemampuan PLTGU Belawan masih prima dan efisien.

Pada awalnya pembangkit listrik ini menggunakan bahan bakar HSD (Solar), namun sejak maret 2015 dialihkan menggunakan Bahan Bakar gas yang berasal dari gas LNG bekas Lapangan Tangguh Papua yang kemudian diproses regasifikasi di Terminal LNG Arun lalu disalurkan melalui pipa gas sepanjang lebih dari 300 kilometer (km) ke Belawan.

Jonan menjelaskan, fasilitas regasifikasi Arun merupakan upaya pemerintah memanfaatkan ulang aset di mana dimasa lalu, fasilitas tersebut  digunakan untuk mengubah gas menjadi LNG, namun sejak 2015 digunakan untuk mengubah LNG menjadi gas.

Penggunaan gas tersebut membantu untuk menurunkan biaya pokok produksi (BPP) Pembangkit dari sekitar 2926 Rp/kWh (2014) menjadi 1255Rp/kWh (2017).

Untuk mendukung upaya penurunan BPP Sistim Kelistrikan Regional Sumatera lebih rendah lagi, PLN akan terus mencari peluang agar BPP Pembangkit di Pusat Listrik Belawan bisa lebih efisien.

Dukungan pemerintah dalam pengaturan harga gas domestik dan biaya infrastrukturnya sangat membantu dalam mengefisienkan biaya pembangkitan listrik di Belawan.

Jonan menyatakan harga distribusi gas  dihitung  secara riil dengan depresiasi selama 20 tahun. Hal ini dilakukan agar gas yang disalurkan ke PLN lebih murah sehingga bisa menekan BPP.

"Dengan BPP rendah otomatis harga akan murah  untuk itu kita harus hitung ulang harga distribusi gas, intinya adalah mewujudkan harga listrik yang terjangkau untuk rakyat," ungkap Jonan dalam keterangannya, Sabtu (1/4/2017).

Pemanfaatan gas untuk kelistrikan akan terus dimaksimalkan pada tahun ini dan tahun-tahun berikutnya. Saat ini pemanfaatan sekitar 95 mmscfd dan di akhir 2017 akan naik menjadi 137 mmscfd setelah Pembangkit MPP Paya Pasir (75 MW) serta PLTG GT 1,2 Belawan beroperasi dengan gas.

Pada tahun 2018 pemanfaatan gas juga akan naik menjadi 197 mmscfd seiring dengan beroperasinya MVPP (Marine Vessel Power Plant) 240 MW dengan Bahan Bakar Gas.

Direktur Bisnis Regional Sumatera Amir Rosidin mengatakan, pasokan tersebut akan meningkatkan efisiensi PLN dalam mengurangi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang sebelumnya digunakan untuk mengoperasikan pembangkit di Pusat Listrik Belawan.

"Tambahan porsi gas untuk bahan bakar pembangkit ini akan memperkuat pasokan listrik khususnya ke Sumatera bagian Utara,” jelas Amir.

Pada periode awal 2017 ini, beban puncak di sistim Sumatera Bagian Utara mencapai sekitar 1950  MW, dan untuk memperkuat sistem kelistrikan di region ini, target awal semester II tahun 2017 akan masuk pembangkit baru yakni  PLTP Sarulla 2 (100 MW) serta MVPP Belawan 240 MW, selain itu akan dilakukan pula transfer listrik dari sumatera Selatan via tol listrik 275 kV sebesar 200 MW.

"Kami yakin reserve margin di Sumatera Utara pada akhir 2017 mencapai sekitar 20 persen." Tambah Amir Rosidin

Pada tahun 2019 ditargetkan reserve margin mencapai angka ideal sekitar 30 persen, seiring beroperasinya PLTU Pangkalan Susu3 & 4 dengan kapasitas 2 x 200 MW.

Masuknya Pembangkit Panas Bumi dan Batubara diharapkan dapat membantu menurunkan BPP di sistim kelistrikan Sumatera. (Yas/nrm)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya