Kelompok Pemberontak Rohingya Tantang Militer Myanmar

Pemberontak Rohingya mengatakan akan terus berjuang melindungi haknya yang dirampas Pemerintah Myanmar.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 01 Apr 2017, 21:06 WIB
Tentara Banglades mengamankan puluhan muslim Rohingya yang dianggap memasuki Bangladesh secara ilegal di Cox Bazar, perbatasan Myanmar-Bangladesh, Senin (21/11). (REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)

Liputan6.com, Jakarta - Pemimpin pemberontak etnis Rohingya, Atta Ullah memastikan kelompoknya terus akan melawan aparat keamanan Myanmar. Ia memastikan perjuangan mereka tak berhenti meski sudah ada ribuan orang yang tewas.

Ullah menyatakan, hanya ada satu hal yang bisa membuat mereka berhenti. Yaitu ketika, pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi memastikan akan melakukan perlindungan maksimal terhadap etnis minoritas ini.

Dia menyatakan, perjuangannya tak terkait kelompok radikal mana pun dunia. Mereka angkat senjata untuk melindungi haknya yang telah dirampas.

"Jika kami tidak mendapat hak kami, jika satu atau 1,5 juta warga harus mati, kami akan mati," sebut Ullah, seperti dikutip dari Asia Correspondent, Kamis (1/4/2017).

"Kami akan mengambil hak kami, kami akan melawan pemerintah militer yang kejam itu," sambung dia.

Ullah menyebut sampai sekarang walau pemerintah sudah berganti, etnisnya terus mendapatkan perlakuan keji.

Tidak cuma pembersihan etnis. Myanmar menolak memberikan kewarganegaraan termasuk pula pemberian akses kesehatan bagi warga Rohingya.

"Pada 2012, banyak yang kejadian mereka membunuh kami. Sejak saat itu, kami mengerti mereka tidak akan pernah memberikan hak kami," papar Ullah.

Atta Ullah disebut-sebut sebagai pemimpin kelompok pemberontak Rohingya, Harakah al-Yaqin. Diduga grup ini dibentuk oleh warga Rohingya yang tinggal di Arab Saudi.

Ullah pun sempat muncul dalam video yang menyatakan bahwa kelompok pemberontak Rohingya bertanggungjawab atas serangan ke pos polisi pada 9 Oktober 2016 lalu.

Dalam satu kesempatan, Ullah menyebut perilaku buruk pemerintah Myanmar telah menanamkan kebencian besar di dalam hati warga Rohingya. Karenanya, saat ia baru kembali dari Bangladesh dan Arab Saudi, ratusan orang memilih bergabung dengan kelompoknya.

"Kami tidak bisa menyalakan cahaya pada malam hari, kami juga tidak bisa pindah dari satu tempat ke tempat lain  pada siang hari.  Tempat pemeriksaan ada di mana-mana, ini bukan cara manusia untuk hidup," ucapnya.

Melihat pemimpin pemberontak Rohingya buka komentar, Pemerintah Myanmar tidak tinggal diam. Juru Bicara Suu Kyi, Zaw Htay mengatakan kelompok Atta Ullah adalah grup teroris.

"Kami mendorong komunitas internasional melihat latar belakang kelompok ini, mereka terkait kelompok teroris di luar negeri," jelas Htay.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya