Liputan6.com, Monash - Setiap tahunnya Australia menyelenggarakan hari Keberagaman Budaya atau Multicultural Day, yakni hari di mana setiap warga menunjukkan asal mereka masing-masing lewat pakaian, budaya, cerita dan ciri khas lainnya.
Sekolah Dasar Clayton North (Clayton North Primary School CNPS) di Melbourne juga turut merayakan hal tersebut. SD tersebut mengadakan multicultural week atau minggu multikultural, untuk melibatkan siswa dalam membuat suguhan budaya dari berbagai penjuru dunia.
Advertisement
Menurut orang tua murid asal Indonesia yang juga kandidat doktor bidang pendidikan di Monash University, Agus Mutohar, dalam minggu multikultural tersebut terdapat dua acara besar, yakni multicultural lunch dan parade harmoni.
Dalam multicultural lunch, para orang tua murid diwajibkan membuat masakan dari budaya asalnya. Beberapa wali murid Indonesia menyuguhkan makanan tradisional seperti sate ayam, tempe goreng, serta kue-kue tradisional.
Sementara itu dalam parade harmoni yang digelar pada 29 Maret lalu, siswa CNPS menyuguhkan keberagaman masing-masing budaya asalnya, seperti India, China, Bangladesh, Jepang, Indonesia, dan Australia.
"Menghadirkan berbagai budaya sangat penting sebagai sarana mengelola kohesi sosial di kota Monash yang ditinggali penduduk yang berasal dari lebih dari 48 negara dan lebih dari 39 persen penduduk Monash lahir di manca negara," ujar Wali Kota Monash, Rebecca Paterson, dalam pembukaan parade tersebut.
Sebagian orang tua murid dan mahasiswa Indonesia, serta siswa CNPS tampil dalam parade budaya tersebut. Mereka menampilan pertunjukan angklung yang membawakan lagu 'Tanah Airku' dan 'Twinkle-Twinkle Little Star'.
Seperti dikutip dari Australia Plus, Senin (3/4/2017), para guru, murid, dan masyarakat yang menyaksikan pertunjukan tersebut tampak larut dalam alunan musik angklung yang dibawakan oleh 25 orang tersebut.
"Pertunjukan angklung yang kami inisiasi beberapa waktu lalu ini merupakan sarana untuk mempromosikan budaya Indonesia di Australia sekaligus mengobati kerinduan akan tanah air," kata inisiator pertunjukan angklung yang juga kandidat doktor Information Technology, Monash University, Hadi Hajrianto.
Menurut Agus Mutohar yang menjelaskan acara tersebut melalui tulisan kepada Australia Plus, acara-acara tersebut memiliki peran penting untuk mengenalkan keragaman etnik dan budaya dunia di tengah-tengah merebaknya diskriminasi di berbagai negara.
Ia menambahkan, para siswa yang sudah terbiasa dengan keragaman budaya, akan lebih mudah menerima orang lain yang berbeda dan mudah beradaptasi di lingkungan yang baru.