Liputan6.com, Jakarta - Kelahiran pendiri Demak, kerajaan pertama Islam di Jawa, didahului rasa cemas. Ratu Dwarawati khawatir usai bermimpi melihat selir suaminya, Brawijaya V, yang berasal dari Tiongkok, memangku rembulan.
Saat itu, Putri Tiongkok tersebut sedang hamil. Dengan sejumlah alasan, Dwarawati berhasil membujuk Brawijaya, raja terakhir Majapahit itu, untuk menitipkan Putri Tiongkok ke sulung mereka, Arya Damar, yang menjadi Bupati Palembang.
Advertisement
Anak yang lahir di Palembang itu kelak menjadi peletak "batu pertama" Islam di tanah Jawa. Ia lahir pada 1455 Masehi dengan nama Jin Bun. Ketika dia lahir, Brawijaya V masih berstatus putra mahkota Majapahit. Baru pada 1468, Brawijaya V dinobatkan sebagai raja.
Filolog Slamet Muljana dalam Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara memaparkan, berdasarkan Serat Kandha, Puteri Tiongkok itu adalah anak sahabat Brawijaya V, seorang saudagar bernama Kiai Bantong atau Ban Hong.
Terkait identitas dan kisah Puteri Tiongkok hingga bisa menjadi selir Brawijaya V, nyaris tak ada sumber tertulis yang mengupas secara khusus.
Namun, diduga Puteri Tiongkok tersebut telah menganut Islam. Menurut sejarawan Denys Lombard dalam Nusa Jawa, banyak orang Tiongkok pada abad XV yang tinggal di pesisir menganut Islam.
Brawijaya V sendiri, seperti kebanyakan pemimpin Majapahit, menganut agama Siwa.
Pada 1474 Masehi, Jin Bun berlayar ke Jawa dan belajar agama Islam kepada Sunan Ampel, salah seorang Wali Songo, di Surabaya. Jin Bun lalu bersalin nama menjadi Raden Patah.
Kemudian, Sunan Ampel memerintahkan Raden Patah untuk pindah ke Jawa Tengah, membuka hutan Glagah Wangi atau Bintara dan mendirikan pesantren.
Seiring perjalanan waktu, banyak yang tertarik menjadi santri di pesantren tersebut. Demak berkembang pesat. Brawijaya V lalu mengukuhkan Raden Patah sebagai Adipati Demak.
Dengan bantuan daerah-daerah lain yang telah lebih dulu menganut Islam seperti Jepara, Tuban, dan Gresik, Raden Patah memutuskan ikatan dengan Majapahit. Menurut Slamet Muljana, Demak menyerang Majapahit pada 1478 Masehi.
Setelah Majapahit runtuh, Demak kian mekar sebagai pusat penyebaran Islam dan tempat perniagaan yang sibuk.
Nama Raden Patah, yang "nonpribumi itu", niscaya menempati posisi istimewa dalam sejarah syiar Islam di Jawa.