Liputan6.com, Paris - Kepolisian Paris kembali menjadi sorotan. Setelah kekerasan perkosaan anal yang menimpa imigran pemuda kulit hitam pada Februari lalu, kali ini mereka diprotes karena telah menembak mati seorang imigran China.
Akibat tindakan polisi itu, ribuan orang berujuk rasa di Paris. Mereka meminta keadilan bagi imigran China yang tewas ditembak oleh polisi di rumahnya.
Advertisement
Pada 26 Maret 2017, Shaoyu Liu, ditembak mati oleh petugas polisi di apartemennya. Mereka berada di lokasi merespons laporan seorang pria dengan pisau menerobos masuk properti dan laporan kekerasan rumah tangga.
Polisi lantas mengklaim, Liu menyerang petugas dengan gunting ketika mereka masuk ke apartemennya. Akibatnya, petugas menembak pria 56 tahun itu hingga tewas. Namun, klaim itu ditolak mentah-mentah oleh keluarga. Demikian seperti dikutip dari The Independent, Senin (3/4/2017).
Menurut keluarga, tak ada kekerasan rumah tangga dan Liu tengah membawa gunting masak, bukan pisau seperti yang dikatakan polisi. Dan polis langsung menembak tanpa peringatan apa pun.
Polisi Prancis mengaku telah menginvestigasi insiden itu. Sementara, Beijing telah meminta Paris untuk "memberi jaminan keamanan dan hak hukum bagi warga China di Prancis."
Seminggu setelah ia tewas, istri dan dua anak perempuannya berada di tengah lautan unjuk rasa memprotes kematian Liu di Place de la Republique, Paris.
"Kami ingin terus memberi sorotan kepada polisi Prancis dan mendukung keluarga korban agar mendapatkan keadilan serta melawan kekerasan yang dilakukan polisi," kata Sacha Lin Jung dari Asosiasi Warga China di Prancis. Kelompok itu menjadi salah satu pemrakasa unjuk rasa.
Awalnya, unjuk rasa yang dihadiri 6.000 orang pada Minggu 2 April 2017 itu berjalan damai. Namun, berakhir rusuh setelah ratusan pemuda China bentrok dengan petugas polisi.
Saat unjuk rasa rusuh, sejumlah benda-benda dilempar ke arah polisi sambil berteriak, "polisi adalah pembunuh."
Polisi merespons dengan menembakkan tembakan gas air untuk membubarkan kerumunan. Tak jelas, apakah ada yang terluka atau ditahan.
Keluarga Liu menolak klaim polisi dan mengatakan pria itu membawa gunting dapur karena ia memang tengah masak.
Para massa unjuk rasa membawa gunting dari kardus sebagai simbol dari penyerangan itu.
Keluarga Liu juga telah meminta polisi mengakhiri kekerasan. Bagi komunitas China di Paris, tewasnya Liu karena ketidakadilan.
Mereka juga meminta para pengunjuk rasa untuk menghentikan kekerasan karena bukan itu tujuan dari protes keluarga dan imigran lainnya.
Sementara itu, intelijen Prancis melaporkan, kriminal China termasuk 'bos mafia' yang terkenal dengan bisnis prostitusi, dan judi ilegal, terlihat tengah mengkoordinasi unjuk rasa agar rusuh.
Ada sekitar 200 hingga 300 ribu warga dan imigran China tinggal di Paris.