Liputan6.com, Bangkalan - Di bawah terik matahari di pelabuhan timur Kecamatan Kamal begitu terik, Bupati Bangkalan Makmun Ibnu Fuad tampak bersemangat mengantar dan menemani tamu dari kalangan asosiasi wisata Jawa Timur di Pelabuhan Kamal yang kondisinya kini sangat sepi setelah pemerintah membuka Jembatan Suramadu.
Berdiri melingkar di antara tumpukan ban-ban raksasa, Makmun menyimak ide maupun konsep destinasi wisata bahari yang diutarakan para pegiat wisata untuk masa depan pelabuhan yang pernah menjadi pelabuhan tersibuk di Asia Tenggara itu.
"Kami ingin menyulap kawasan ini jadi seperti Tanjung Benoa," kata Agus Rejeki dari Asosiasi Travel Indonesia, Minggu, 2 April 2017.
Melihat kondisinya, Agus menilai pembangunan destinasi wisata di kawasan bekas pelabuhan kapal ferry itu tidak bisa sim salabim. Proyek harus dilaksanakan bertahap dengan sistem pembiayaan tahun berjangka.
Sebelum proyek itu dimulai, Agus mengatakan yang perlu dibenahi adalah perilaku masyarakat sekitar pelabuhan agar ikut menjaga kebersihan laut, di antaranya dengan tidak membuang sampah dan buang air besar ke laut. Berikutnya, membentuk desa wisata dan kelompok masyarakat sadar wisata.
"Jadi sebelum proyek dimulai, perilaku masyarakat harus diubah, sikap warga harus sejalan dengan tujuan pembangunan destinasi wisata," kata Agus.
Kepala Desa Kamal Ama Sulistiyani tidak keberatan kawasan pelabuhan itu disulap jadi objek wisata. Dia memastikan akan mendukung semua program pemerintah yang bertujuan meningkat perekonomian masyarakat Kamal yang merosot setelah beroperasinya Jembatan Suramadu.
"Kalau pelabuhan ini ramai lagi, usaha warga hidup lagi, tentu kami mendukung," kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Bupati Makmun Ibnu Fuad yakin proyek ambisius itu bakal terlaksana tanpa memakai dana dari APBD. Dia yakin, bila ide destinasi wisata bahari Pelabuhan Kamal telah terkonsep dengan baik, akan banyak investor datang dan bersedia mendanai proyek tersebut.
"Sekarang ini kita survei dulu, baru kemudian dibuat konsepnya, soal pendanaan, saya yakin bakal banyak investor tertarik," ucap dia.
Meski sudah tujuh tahun sepi, ada sejumlah PKL yang masih bertahan membuka warung di pelabuhan itu. Salah satunya Misriani. Ia mengaku sepi atau ramainya pelabuhan tak memengaruhi pendapatannya.
"Alhamdulillah, pendapatan sama saja, yang sepi itu orangnya," kata dia sembari tertawa.
Misriani rupanya punya 'jurus' jitu untuk membuat warung tetap ramai. Jembatan menuju dermaga yang sepi disulapnya menjadi tempat nongkrong kawula muda pada malam hari.
Dia hanya perlu menggelar tikar di sepanjang jembatan. Malam hari, pemandangan di dermaga sangat indah oleh kelap-kelip lampu Kota Surabaya. Pengunjung warung Misriani kebanyakan mahasiswa dari Universitas Trunojoyo Madura.
"Jualan kopi sangat laris, banyak yang nongkrong sampai larut malam," ujar dia.
Dia pun tak keberatan jika suatu saat pelabuhan itu dijadikan objek wisata. Baginya yang terpenting, PKL seperti dirinya tetap diberikan tempat berjualan. "Kalau kami tersingkir, mau makan apa," kata dia.