Liputan6.com, Jakarta Ketika sudah berpikir untuk maju ke jenjang pernikahan, tentu saja wajib bagi Anda untuk memahami watak dan kepribadian sang calon suami. Selain itu, Anda juga harus tahu seberapa cakap calon suami dalam merencanakan keuangan.
Kehidupan rumah tangga itu tidak semanis yang Anda bayangkan. Cerdas soal finansial merupakan salah satu kunci pernikahan yang bahagia. Nah, bagi Anda yang mulai serius dengan hubungan Anda dan mempertimbangkan untuk menikah dalam waktu dekat, ada baiknya teliti dulu karakter dan kebiasaan calon suami.
Advertisement
Seperti dikutip dari DuitPintar.com, Anda perlu waspada dan berpikir ulang kalau calon suami memiliki 6 karakteristik di bawah ini.
Tidak bisa menabung
Begitu serius dengan pasangan dan sudah berencana menikah, penting untuk buka-bukaan soal kondisi keuangan. Tidak usah malu atau merasa tidak enak, karena hal ini penting untuk dibicarakan bersama.
Pasangan Anda akan mendapat nilai plus kalau sudah berani menjamin bahwa dia memiliki uang simpanan untuk biaya pernikahan. Ini tandanya dia sudah bisa menabung.
Kenapa menabung itu penting? Sebab, ini merupakan langkah awal dalam mencapai kebebasan finansial. Kalau belum bisa menabung, tentu belum bisa melangkah ke jenjang berikutnya, yaitu memiliki asuransi, dan akhirnya investasi.
Kalau pasangan tidak bisa menabung, bisa repot kalau sudah menikah nanti. Bisa-bisa rumah tangga Anda tidak punya dana darurat. Coba bayangkan kalau tiba-tiba rumah kebanjiran atau anak sakit, mau dapat biaya dari mana?
Impulsif dalam berbelanja
Walaupun sudah masuk usia siap nikah, pria biasanya memiliki hobi. Sebagian mungkin masih suka main game, sebagian lagi ada yang suka futsal atau hobi otomotif.
Punya hobi sendiri itu sah-sah aja. Yang bahaya adalah yang tidak bisa menahan diri alias impulsif dalam memuaskan hobinya.
Misalnya pacar hobi main basket. Tiap melihat sepatu basket baru di toko online, langsung membeli tanpa pikir panjang. Ini namanya tidak bisa membedakan mana yang prioritas dan mana yang cuma keinginan semata.
Berhutang setiap akhir bulan
Bila setiap akhir bulan pacar Anda sering pinjam uang kepada Anda lantaran gajinya sudah habis, ini pantas membuat Anda khawatir. Apalagi kalau kebiasaan pinjam uang ini juga dia lakukan kepada teman-teman dan orangtua.
Ini menandakan kalau calon suami Anda tidak bisa mengatur uang. Jangankan menabung, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja masih berutang. Apa kabar kalau sudah jadi kepala keluarga? Apakah masih mau pinjam uang ke orangtua atau teman?
Tidak bijak menggunakan kartu kredit
Tanda ini paling mudah dilihat. Coba saja diingat-ingat apakah pasanganmu suka asal-asalan menggesek kartu kredit untuk hal-hal yang tidak penting? Atau sering tarik tunai karena gaji sudah ludes saat tengah bulan? Parahnya lagi, apakah sang pacar tidak disiplin bayar tagihan kartu sakti ini?
Kalau semua jawabannya iya, Anda perlu hati-hati. Ini tandanya pacar Anda tidak paham akan fungsi dan kegunaan kartu kredit.
Kartu kredit itu bukan kartu utang, tapi alat pembayaran. Yang berarti tagihannya perlu dilunasi segera supaya tidak terkena bunga.
Memiliki terlalu banyak cicilan
Apakah pacar Anda baru mulai menyicil motor? Tapi bulan ini dia mengambil cicilan handphone. Lalu, apa kabar cicilan laptop 3 bulan lalu?
Batas wajar utang dalah 30 persen dari penghasilan. Kalau Anda memang sudah serius dengan pasangan, jangan ragu-ragu untuk tanya berapa rasio utang cicilannya dari gaji bulanan. Apalagi kalau Anda lihat dia terlalu sering mengambil cicilan.
Kalau kebiasaan ini masih setia dibawa setelah menikah, keuangan Anda nanti bisa “lebih besar pasak daripada tiang”.
Gaji pas-pasan, gaya hidup bangsawan
Tanda yang satu ini juga sangat mudah dilihat. Setiap kencan, apakah pacar Anda selalu mengajak ke restoran mewah? Apa tiap malam dia sering hangout dan nongkrong di kafe mahal? Apa dia juga hobi belanja barang bermerek dengan harga selangit?
Kalau calon suami Anda pengusaha dengan omzet miliaran, ini bisa ditoleransi. Tapi kalau dia hanya karyawan di perusahaan swasta, ini yang bahaya. Tandanya pasangan Anda tidak bisa menyesuaikan gaya hidup dengan penghasilan.
Walaupun sang pacar datang dari keluarga kaya raya, ini tidak bisa dijadikan jaminan untuk bisa hidup sejahtera ketika sudah menikah nanti. Lagipula, pasti malu kan kalau masih minta sama orangtua ketika sudah punya keluarga sendiri.
Apa yakin setelah menikah dia bisa menurunkan standar gaya hidupnya ini dan mau diajak susah bareng-bareng? Kalau tidak, ujung-ujungnya nanti malah bisa membuat keuangan rumah tangga babak belur.