Kunjungi Borobudur Buat Gerabah, Mahasiswa Afganistan Semringah

Praktek membuat gerabah di Borobudur, dua mahasiswa asal Afganistan berhasil membuat mangkuk setelah berkali-kali mencoba.

oleh Akbar Muhibar diperbarui 04 Apr 2017, 12:54 WIB
Mahasiswa asal Afganistan coba buat gerabah di Galeri Komunitas, Borobudur dalam kegiatan UNESCO Sharing Session on Bamiyan World Heritage Site and Afghanistan Culture. (Foto : Akbar Muhibar / Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Membuat gerabah memang membutuhkan kerja keras dan keuletan dalam prosesnya. Namun bagaimana bila mahasiswa dari Afganistan mencoba membuat gerabah dengan tanah liat untuk pertamakalinya? Inilah aksi mereka membuat tanah liat di Galeri Komunitas, Borobudur, Rabu (30/3/2017).

Dibimbing oleh Arum, tim dari Galeri Komunitas, Muhammad Ali dan Zahra Amiri dari University of Bamiyan berlatih membuat gerabah. Mereka berdua berlatih bergantian membuat berbagai jenis gerabah dengan tanah liat hitam yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Dengan telaten, Arum membimbing Zahra dan Ali untuk membuat mangkuk kecil dengan alas piring yang diputar dengan kekuatan listrik. Dengan sekali coba saja, Zahra yang mengaku baru pertama kalinya membuat gerabah, mampu membuat sebuah mangkuk dengan inisial namanya.

Mahasiswa asal Afganistan coba buat gerabah di Galeri Komunitas, Borobudur dalam kegiatan UNESCO Sharing Session on Bamiyan World Heritage Site and Afghanistan Culture. (Foto : Akbar Muhibar / Liputan6.com)

“Ini adalah pengalaman pertama bagi saya untuk membuat gerabah ala Indonesia. Di Afganistan sendiri ada kesenian seperti ini juga, namun dengan cara yang berbeda tanpa piring berputar,” ungkap Zahra.

Sedangkan hal berbeda terjadi dengan Ali yang harus mencoba hingga tiga kali lamanya untuk mendapatkan hasil gerabah yang sempurna. Bahkan ia harus dibantu beberapa kali oleh Arum agar bisa mengubah tanah liat yang padat menjadi bentuk mangkuk yang porposional.

“Saya harus mengulangi buat gerabah berkali-kali hingga berhasil membuatnya. Bahkan untuk berhasil, saya harus mencoba tiga kali namun tetap saja saya tidak mengerti harus bagaimana. Tetap saja gerabah yang sudah saya buat tampak indah,” ungkap Ali.

Wajah semringah ditunjukkan oleh mereka saat mengerjakan gerabah dalam rangkaian kegiatan UNESCO Sharing Session on Bamiyan World Heritage Site and Afghanistan Culture pada Kamis (30/3/2017). Meski mengaku cuacanya sangat panas, tetap saja kedua mahasiswa ini bersemangat untuk mengolah tanah liat jadi gerabah yang indah. Anda sudah pernah coba?

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya