Liputan6.com, Jakarta Tidak bisa dipungkiri, seiring berkembangnya kemajuan teknologi, penggunaan media sosial sangat penting bagi penyebaran informasi.
Selain itu, media sosial juga berguna sebagai cara guna mendekatkan diri dengan orang lain. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh pasangan calon cagub cawagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat, dalam usahanya mendekatkan diri dengan masyarakat.
Riset yang dilakukan Intrans menunjukkan, pasangan Ahok-Djarot ternyata lebih unggul dibanding pesaingnya yaitu Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di media sosial, dengan 51,8 persen berbanding 48,12 persen. Hal itu diungkap oleh Direktur Intrans, Andi Saiful Haq, yang menyampaikan riset pihaknya di media sosial.
Advertisement
Menurut Andi, material foto dan video Anies-Sandi disiapkan dengan tone warna, typografi, desain, logo dan jargon yang lebih mudah
dicerna oleh publik dibanding Ahok-Djarot.
“Ahok-Djarot tampil dengan slogan beragam: Kerja, Ini Baru Jakarta, Kampanye Rakyat, Gue2, Badja dan seterusnya. Beda dengan Anies-Sandi yang konsisten dengan slogan Jakarta Maju Bersama,” ujar Andi.
Namun menurut Andi, konten terpecah yang dilakukan di media sosial, justru efektif untuk diterapkan di awal kampanye Pilgub Jakarta. Namun agak sulit ketika bergerak di ruang elektabilitas yang sempit jelang putaran II.
“Dalam kampanye politik di media sosial, keseragaman grafis, typografi, warna, dan slogan politik sangat dibutuhkan agar pendukung punya sasaran yang fokus dan terarah,” ungkap Andi.
Secara kuantitatif, dukungan Parpol pendukung Ahok-Djarot (PDIP, PSI, Nasdem, Golkar, PKPI, Hanura, PPP, PKB) tertinggal tipis dengan audiens sejumlah 4.213.864 akun. Sementara dukungan Parpol pengusung paslon nomor urut tiga, Anies-Sandi (Gerindra, PKS, Perindo) unggul dengan jumlah audiens sebanyak 4.418.004 akun. Namun, dari segi total engagement berupa seperti Like, Comment, Retwit, Ekspresi, Emotion, Loves, video views, Ahok-Djarot unggul dengan total 2.139.104. Sementara Anies-Sandi hanya mendapatkan engagement total sebesar 1.705.146.
Anies-Sandi hanya unggul dalam hal share, mention, repost sebesar 291.359, berbanding Ahok-Djarot155.446. Dalam menghitung efektifitas kampanye, share merupakan indikator paling penting untuk mengukur penerimaan publik terhadap satu konten. Semua hal itu kemudian dijadikan skor oleh pihak Intrans, dimana secara keseluruhan, Ahok-Djarot yang muncul sebagai pemenang.
"Dari skoring yang sudah disimulasikan itu maka Intrans menetapkan elektabilitas pasangan calon, setidaknya hingga riset 26 Maret 2017, Ahok-Djarot unggul dengan angka 51.88 persen dan Anies-Sandi dengan angka 48,12 persen," kata Andi.
Seperti diketahui, Ahok-Djarot memanfaatkan media sosial sebagai cara mereka mendekatkan diri dengan masyarakat, salah satu caranya adalah dengan mengadakan program blusukan online. Pada program tersebut, Ahok mengungkapkan, dia dan Djarot akan mendengarkan keluh kesah warga Jakarta secara online.
Melalui cara tersebut, mereka berdua akan langsung menjawab apa yang menjadi keluh kesah warga Jakarta selama ini. Acara blusukan online sendiri memiliki durasi sekitar satu jam.
Sebelumnya, Ahok juga mengadakan program Ahok Show. Program tersebut merupakan sebuah tayangan yang memiliki durasi satu jam, di program tersebut Ahok akan berperan sebagai host dan didampingi Sarah Sechan sebagai co-host-nya, untuk menjawab pertanyaan interaktif yang berasal dari penonton yang merupakan anak-anak muda.
Ahok menyebut, tidakmenutup kemungkinan bila program blusukan online akan dimasukkan dalam program Ahok Show yang sudah ada sebelumnya.
"Nanti itu sama saja orang tanya, kalau WA kan nggak balas langsung, kalau ini kaya radio-lah, orang boleh tanya langsung. Kita kasih satu jam nanti, orang tanya kita jawab. Nanti kita lihat antara dua pola ini mana yang lebih bagus. Kalo nggak Ahok Show lebih bagus, itu kan tanya jawab kan, nanti kita gabung di Ahok Show," ucap Ahok.
(*)