Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah menerapkan aturan mengenai taksi online. Aturan itu tercantum dalam Peraturan Menteri Perhubungan (PM) Nomor 26 Tahun 2017 tentang Perubahan PM Nomor 32 Tahun 2016 tentang Penyelenggaran Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek.
Penerapan aturan tersebut dinilai untuk memberikan keadilan. Selain itu juga diharapkan ada keseimbangan antara angkutan umum konvensional dengan transportasi berbasis online.
Lalu bagaimana dampak aturan taksi online itu terhadap kinerja saham emiten taksi di pasar saham Indonesia?
Berdasarkan data RTI, Senin (3/4/2017), saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) melemah tipis 0,61 persen ke level Rp 163 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 292 kali dengan nilai transaksi Rp 447,9 juta.
Baca Juga
Advertisement
Kemudian saham PT Blue Bird Tbk (BIRD) merosot 0,52 persen ke level Rp 3.840 per saham. Total frekuensi 207 kali dengan nilai transaksi Rp 2,1 miliar. Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana mengatakan, revisi aturan taksi online belum berdampak ke saham emiten taksi.
"Berdasarkan sentimen revisi peraturan menteri belum ada dampak khusus baik ke saham Express Transindo Utama dan Blue Bird," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Ada pun sentimen cukup pengaruhi, menurut Aditya lebih kepada strategi perusahaan untuk dapat bekerja sama dengan transportasi online dan bagaimana cara menghadapinya. Apalagi menurut Aditya kinerja keuangan emiten taksi cenderung merosot sejak kehadiran taksi online.
Untuk menghadapi gempuran taksi online itu diperlukan strategi. Aditya mengatakan, PT Blue Bird Tbk telah ekspansi dan bekerja sama dengan Go-Jek sehingga menciptakan hubungan mutualisme. Ini dengan diluncurkannya Go-BlueBird. Fitur ini untuk pengguna yang ingin memesan taksi Blue Bird.
Dalam riset PT Bahana Securities menyebutkan kerja sama Blue Bird dan Go-Jek ini positif bagi Blue Bird. Ini juga sebagai langkah hadapi transportasi berbasis online meningkat tajam.
Selain itu, PT Express Transindo Utama Tbk juga telah membuat platform dengan kerja sama Grab untuk hadirkan layanan GrabTaxi.
Terkait pergerakan saham kedua emiten taksi tersebut, Aditya menilai, saham Express Transindo cenderung mendatar sepanjang 2017. Sedangkan Blue Bird sudah naik tajam, tetapi masuk masa koreksi.
Sepanjang 2017, saham PT Express Transindo Utama Tbk merosot 3,53 persen. Total frekuensi 27.441 kali dengan nilai transaksi Rp 95,7 miliar. Sepanjang 2017, saham PT Blue Bird Tbk telah mencetak kenaikan terbesar.Saham PT Blue Bird naik 28,67 persen ke level Rp 3.860 per saham. Total frekuensi 13.191 kali dengan nilai transaksi Rp 161,6 miliar.
Rekomendasi Saham
Untuk masuk ke saham emiten taksi, Aditya menuturkan agar pelaku pasar melihat dulu laporan keuangan kuartal I 2017. Dari laporan keuangan itu diharapkan sudah ada sinyal kinerja keuangan membaik. Aditya mengatakan, bila investor memang cenderung berinvestasi dapat hold dulu saham emiten taksi. Namun kalau untuk trading, Aditya merekomendasikan untuk beli. Pelaku pasar juga diimbau tidak terlalu rakus untuk merasih keuntungan.
"Bila sudah menetapkan profit sekitar 10 persen-15 persen untuk saham tersebut bisa realisasikan keuntungan. Jangan terlalu greedy," tutur Aditya.
Sedangkan riset PT Bahana Securities pada 30 Maret 2017, merekomendasikan beli saham PT Blue Bird Tbk dengan target harga saham Rp 4.750.
Lalu bagaimana kinerja emiten taksi di tengah gempuran transportasi berbasis online?
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Blue Bird Tbk mencatatkan keuntungan turun 38,43 persen menjadi Rp 507,28 miliar pada 2016 dari posisis 2015 sebesar Rp 829 miliar.
Pendapatan perseroan turun 12,35 persen menjadi Rp 4,79 triliun pada 2016 dari periode 2015 sebesar Rp 5,47 triliun. Laba per saham perseroan turun menjadi Rp 203 pada 2016 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 329.
Sedangkan PT Express Transindo Utama Tbk mencatatkan rugi Rp 184,50 miliar pada 2016 dari periode sama tahun sebelumnya untung Rp 32,24 miliar. Pendapatan perseroan merosot 36,27 persen menjadi Rp 618,20 miliar.
Advertisement