Liputan6.com, Jakarta - Salah satu Ketua PBNU Nusron Wahid mengungkap alasan mengapa para nahdliyin memilih pasangan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat di Pilkada DKI Jakarta. Di hadapan ratusan massa NU, Nusron mengatakan bahwa hanya pasangan nomor urut dua itulah yang berpihak kepada kaum nahdliyin.
"Kalau ada orang NU ngapain milih yang lain dalam pilkada. Dan pak Djarot ini orang jawa timur yang NU tulen maka kita pilih pasangan nomor urut dua," ujar Nusron di hadapan Keluarga Besar NU Jakarta Barat, Senin 3 April 2017.
Advertisement
Hal ini dikatakan Nusron usai peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW dan Istighosah Islam Nusantara di Saung Rawa Lele Jalan Peta Barat, Kalideres, Jakarta Barat.
Ia mengatakan, jika Ahok-Djarot menang dalam Pilkada DKI putaran kedua, dipastikan nanti sekolah dan madrasah NU yang saat ini kondisinya kurang baik akan dibantu. Kemudian, kata dia, mereka yang saat ini belum mendapatkan beasiswa juga akan diberikan.
Menurut Nusron, keberpihakan Ahok-Djarot terhadap kaum nahdliyin dan umat muslim secara umum juga bisa dilihat dalam berbagai kebijakannya.
"Oleh Pak Djarot yang orang NU, makam ulama dilestarikan. Makam Mbah Priok sudah dijadikan cagar budaya religius. Dan makam para ulama di Betawi semua dilestarikan dan kalau ziarah lebih nyaman," ucapnya.
Nusron juga mengingatkan bahwa Ahok-Djarot punya program Kartu Jakarta Pintar (KJP) Santri. Dengan KJP Santri, kata dia, anak orang Jakarta meski nyantri di Pulau Jawa seperti Jombang, Kudus, Situbondo, Sukabumi, Banten, dan daerah lainnya akan dapat KJP Santri dari pasangan Ahok-Djarot.
"Supaya tradisi ta'lim tak berhenti, dalam Islam, tak semua harus berperang dan mencari nafkah. Harus ada satu golongan yang tafakkur fiddin, agar nanti kalau pulang dari mondok bisa merawat umat. Mereka inilah santri-santri yang kini diperhatikan Pak Djarot," jelas Nusron.
Sementara Djarot menyampaikan kalau sebenarnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah sejak lama menjalankan KJP Santri khusus bagi warga Jakarta yang mondok di luar Jakarta. Yakni, kata dia, yang tidak mampu atau membutuhkan biaya maka bisa dapat KJP Santri, di manapun mondoknya.
"Sekarang sedang kita data pondok mana saja yang menerina santri dari Jakarta. Sehingga kita punya hubungan dan kaitan dengan pondok pesantren yang bersangkutan. Ini perlu disampaikan karena kita ingin santri mondok di pesatren yang mengajarkan Islam rahmatan lil alamin. Kita tak mau mondoknya di tempat yang mengajarkan Islam garis keras, mengajarkan Islam Wahabi, fundamentalis, ISIS, dan yang sejenisnya," tuturnya.
"Ini bukan diskriminasi tapi karena kita ingin di Indonesia ini Islam yang menyatu dan Bhinneka Tunggal Ika," tambah dia.
Djarot juga menegaskan bahwa garis perjuangan yang dibangunnya sejak dulu adalah di jalan PBNU. Dia menjelaskan makna PBNU yaitu berada jalan Islam yang Pancasilais karena ini negara Pancasila, jalan merawat Bhinneka Tunggal Ika untuk menciptakan dan merawat NKRI berdasarkan UUD 1945.
"Meski banyak tantangan tapi saya yakin ini jalan kebenaran yang membawa faedah bagi bangsa Indonesia," tegas Djarot.
Dalam acara itu hadir pula sejumlah tokoh dan ulama NU Jakarta Barat, diantaranya KH muchtar Ghozali dari Cengkareng, KH Amin Kadaung dari Tegal Alur, KH Salwan dari Kapuk, Kyai Sirodj Ronggalawe, Kyai Endang Ahmad Syah, KH Muhammad Ali, dan KH Mahfud.