Liputan6.com, Lebak - Di zaman modern saat ini, Mat Entus harus menjalani kehidupan yang jauh dari hingar bingar peradaban. Pria 52 tahun itu selama kurang lebih 20 tahun terakhir hidup dalam pemasungan oleh keluarga.
Keluarga memasung warga Kampung Pasir Eurih, Desa Bojongcae, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten itu dengan alasan kerap melakukan tindak kekerasan. Karenanya, demi keamanan bersama, Mat Entus terpaksa dipasung.
Baca Juga
Advertisement
"Awalnya keluarga takut kalau dibiarkan, suka teriak-teriak setiap malam, nyekekin (mencekik) orang. Terutama sama orangtuanya yang suka ngebanding-bandingin (kesuksesannya) sama orang lain," kata Lisiyawati (32), menantu Mat Entus, saat ditemui di kediamannya, Senin, 3 April 2017.
"Rumah" pemasungan bagi Mat Entus selama 20 tahun terakhir hanya gubuk yang terbuat dari terpal dan spanduk bekas. Dia tidur dan beraktivitas di atas tikar dan karpet. Luas gubuk itu hanya berukuran sekitar 4x4 meter.
Di dalam situ, Mat Entus juga tak leluasa bergerak. Sebab kakinya diikat dengan rantai besi yang kini sudah terlihat berkarat. Di gubuk itulah, Mat Entus berteman sepi selama 20 tahun
Sebelum dipasung selama puluhan tahun, pihak keluarga mengaku telah membawa Mat Entus berobat. Baik pengobatan modern maupun tradisional. Bahkan Mat Entus juga sampai dibawa berobat hingga ke Jawa Timur. Namun semua usaha itu tak kunjung membawa perubahan yang baik.
"Sebelum kaya gini, bapak kerja jadi kuli pengangkut pasir di sungai Ciujung. Anak-anaknya sekarang pada kerja di Jakarta, kalau emak (istri Mat Entus) kerja di Kawaraci jadi pembantu," terangnya.
Pihak keluarga pun sempat menutup-nutupi penyakit gangguan jiwa yang di alami oleh Mat Entus. Namun kini seiring berjalannya waktu, pihak keluarga akhirnya mau membuka derita sang ayah.
Kini, atas keterbukaan pihak keluarga, sudah sejak dua bulan terakhir, Mat Entus yang didiagnosa menderita skizofrenia telah mendapatkan penanganan kesehatan dari Puskesmas Cibadak. Salah satunya Mat Entus sudah rutin diberi obat penenang dan dalam pengawasan Puskesmas setempat.
"Sudah kita berikan obat penenang dan selalu dikontrol," ujar dokter Puskesmas Cibadak, dr Sopiah, saat ditemui di ruangannya.
Meski begitu, sampai saat ini pihak keluarga tampaknya masih enggan membebaskan Mat Entus dari pemasungan. Mereka masih khawatir Mat Entus berulah lagi jika dibiarkan bebas.
"Untuk lepas dari pemasungan, pihak keluarga masih ketakutan. Sebab, tidak ada laki-laki di rumah untuk merawatnya," kata Sopiah.