Liputan6.com, Ponorogo - Empat desa mengalami kesulitan air bersih karena selama ini mengandalkan pasokan air dari pusat sumber air di lokasi longsor Desa Banaran, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur|.
"Di Desa Wagir Kidul, masalah air bersih dialami warga kami di Dusun Kerep yang memang selama ini bergantung dengan aliran air bersih dari Banaran. Infonya yang parah malah ada di tiga desa sebelah," kata Kepala Desa Wagir Kidul, Siti Aminah, saat dikonfirmasi di Posko Tagana, Desa Wagir Kidul, dilansir Antara, Selasa, 4 Maret 2017.
Tiga desa lain yang selama ini bergantung pada suplai air bersih di Desa Banaran, Kecamatan Pulung tersebut masing-masing Desa Singgahan, Bedrug, dan Tegalrejo.
Warga saat ini hanya mengandalkan air dari hasil penampungan air hujan yang keruh untuk keperluan MCK (mandi cuci kakus) dan sebagian untuk kebutuhan konsumsi.
"Kalau di Dusun Kerep dampaknya tidak separah di Singgahan, Bedrug, ataupun Tegalrejo karena warga kami masih bisa mendapat air bersih dari tiga dusun lain sekitar yang sumber airnya bukan dari Banaran," tutur dia.
Informasi dari Kades Banaran Sarnu, sumber air di lokasi bencana tanah longsor Dusun Tangkil memang terdapat tiga mata air.
Satu di antaranya bahkan disebut Sarnu dan beberapa warga memiliki debit sangat besar, sehingga mampu memasok air untuk sejumlah desa di bawahnya serta memenuhi kebutuhan PDAM. Di sumber air itu juga dibangun instalasi tiga pipa besar dengan diameter sebesar batang pohon kelapa.
Baca Juga
Advertisement
"Yang kami tahu sumber air di sana memang sangat besar dan menjadi tumpuan suplai air warga desa di bawahnya," kata Mujiat, warga Desa Banaran.
Belum ada konfirmasi langsung dari Kepala Desa Singgahan, Bedrug, maupun Kendalrejo terkait dampak hancurnya instalasi air bersih di lokasi bencana tanah longsor Desa Banaran.
Namun, sejumlah warga membenarkan aliran air yang disambung menggunakan pipa dan sebagian lain jaringan selang yang dibangun secara konvensional dan sederhana itu mati total sejak longsor terjadi di Dusun Tangkil, Desa Banaran.
"Kami belum mendapat bantuan air bersih dari daerah ataupun tim BPBD, mungkin karena mereka masih konsentrasi di atas (lokasi bencana)," ujar salah seorang warga Desa Singgahan.
Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ponorogo Setyo Budianto mengaku belum tahu kabar adanya empat desa yang kesulitan air bersih.
"Lah, saya malah baru tahu ini dari teman media. Kepala desa atau perangkat juga belum ada yang melapor apalagi berkoordinasi dengan BPBD atau posko tanggap darurat bencana di sini," kata Setyo.
Setyo memastikan pasokan air bersih BPBD Ponorogo siap 24 jam untuk menyalurkan bantuan tangki air ke pemukiman yang membutuhkan.
"Mau 100 tangki air pun kami siap kapan dibutuhkan. Tapi kalau tidak ada yang lapor, kami tidak mungkin bergerak karena tidak tahu lokasi-lokasi mana yang membutuhkan," ujar dia.
Selain beberapa truk tangki milik BPBD Ponorogo yang sudah siaga di sekitar lokasi bencana Desa Banaran, Setyo mengatakan tawaran bantuan armada truk tangki air juga banyak ditawarkan dari BPBD-BPBD tetangga serta Pemprov Jatim.