Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mencetak rekor hingga tembus ke 5.600 sejak Senin 3 April. Dengan kenaikan IHSG tersebut, pelaku pasar dapat melakukan sejumlah strategi sehingga dapat optimalkan investasinya.
Pada perdagangan saham, Selasa 4 April 2017, IHSG naik 0,80 persen ke level 5.651. IHSG sempat berada di level tertinggi 5.654 dan terendah 5.610. Investor asing terus melakukan aksi beli, dan kemarin mencatatkan aksi beli Rp 616 miliar.
Sepanjang 2017, aksi beli investor asing sudah mencapai Rp 9,4 triliun. IHSG telah naik 6,7 persen pada 2017. Sektor saham tambang dorong penguatan terbesar mencapai 14,23 persen, disusul sektor saham industri dasar yang menguat 11,69 persen. Selain itu, sektor saham keuangan menguat 8 persen dan sektor saham manufaktur mendaki 7,31 persen.
Baca Juga
Advertisement
Dalam laporan DBS Indonesia menyebutkan kenaikan IHSG tersebut didorong sejumlah faktor. Pertama meredanya ketegangan politik pada pemilihan kepalada daerah (Pilkada) putaran 2. Kedua, fundamental Indonesi yang cukup baik. Ketiga, keberhasilan program pengampunan pajak atau tax amnesty. Keempat, euforia refleksi kebangkitan ekonomi global.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), rata-rata price earning ratio atau perbandingan harga saham dengan laba bersih perusahaan sekitar 16,8 kali dan rata-rata price book value atau nilai ekuitas perusahaan sekitar 2 kali.
Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana menuturkan, strategi dilakukan menghadapi IHSG tembus 5.600 tergantung dari tipe investor. Namun, hal penting yang diingat yaitu money management atau mengatur keuangan saat melakukan perdagangan saham. Aditya menuturkan, pelaku pasar disiplin mengatur portofolio saham dan tidak rakus ketika ingin mengoptimalkan investasinya.
"Bila harga saham yang dipegang sudah sesuai target dan memperoleh keuntungan besar bisa direalisasikan keuntungannya. Jadi disiplin," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Rabu (5/4/2017).
Ia menambahkan, pelaku pasar juga dapat rolling atau memindahkan dananya untuk investasi ke saham-saham yang masih murah dan memiliki prospek baik. Aditya menilai, saham-saham yang bisa dilirik antara lain PT PP Tbk (PTPP), PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP), PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) dan PT Bank Bukopin Tbk (BBKP). "Selain itu bisa masuk ke saham-saham unggulan yang lagi turun seperti saham PT Semen Indonesia Tbk dan PT Bank Mandiri Tbk," tambah dia.
Analis PT NH Korindo Securities Bima Setiaji menuturkan, strategi menghadapi IHSG telah naik ke level 5.600, dapat memilih sektor saham yang masih murah. Ia menilai, sektor saham properti, konsumsi, pakan ternak dan konstruksi masih menarik untuk diperhatikan pelaku pasar.
Ia menilai, sektor saham properti masih belum naik signifikan lantaran tahun lalu kinerja sektor properti kurang baik. Pelaku pasar pun cenderung melihat bagaimana kinerja properti pada 2017. Sedangkan sektor saham konstruksi menurut Bima, pelaku pasar menanti bagaimana pendanaan infrastruktur. "Pelaku pasar melihat pendanaan infrastruktur," ujar dia.
Ada pun saham-saham yang dapat dicermati pelaku pasar menurut Bima antara lain PT PP Tbk (PTPP), PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA).