Demi Selamatkan Pemimpin, ISIS Kerahkan 17 Bom dan 300 Militan

Bomber bunuh diri iSIS digunakan para militan untuk membersihkan jalan menuju luar kota Mosul.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 05 Apr 2017, 16:32 WIB
Abu Bakr al-Baghdadi (Reuters)

Liputan6.com, Mosul - Sekitar 2 bulan lalu, pada Februari 2016, sebagian Mosul yang masih dikuasai oleh ISIS diserang oleh militer Irak yang didukung koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat. Kian tersudut, organisasi teror itu harus membuka jalan barat agar pemimpinnya bisa melarikan diri.

Seorang pejabat senior Kurdi, Fuad Hussein mengatakan, ISIS menggunakan 17 bom mobil bunuh diri dan 300 militan untuk membersihkan jalur pelarian Abu Bakr al-Baghdadi selama pengepungan Mosul itu.

Kepala staf presiden wilayah otonomi Kursi, Masoud Barzani mengatakan kepada The Independent, bahwa bomber bunuh diri digunakan para pejuang untuk membersihkan jalan menuju luar kota Mosul.

Dia menambahkan, ISIS akan melakukan operasi yang rumit dan menelan banyak korban itu demi keselamatan al-Baghdadi.

"(ISIS) membawa 300 militan dari Suriah, dan terjadi pertarungan yang sangat sengit. Saya yakin mereka yang membebaskan al-Baghdadi dari kepungan," papar Barzani seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (5/4/2017).

Upaya pelarian diri itu diduga terjadi pada 19 Februari, setelah jatuhnya Mosul timur dan sebelum pasukan keamanan Irak melakukan serangan terakhir mereka pada ISIS di bagian barat kota itu.

Satu-satunya jalan keluar yang memungkinkan adalah melalui sebuah daerah di barat yang dikuasai milisi Syiah, Hashd al-Shaabi -- yang terpaksa mundur selama pengepungan itu sehingga memungkinkan ISIS menguasai jalan di sana.

Hussein mengatakan, unit ISIS kembali ke daerah kekuasaannya segera dan menurut pantauan radio, para militan dikabarkan gembira telah sukses melakukan operasi penyelamatan tersebut.

Di bawah kepemimpinan Al-Baghdadi sejak 7 tahun silam, ISIS telah memenangkan serangkaian pertempuran. Termasuk perebutan Mosul pada tahun 2014.

Dia begitu dilindungi oleh tentara ISIS, karena kematian atau penangkapannya akan menjadi pukulan ekstrem bagi kelompok yang telah kehilangan banyak wilayahnya di Irak dan Suriah.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya