Liputan6.com, Ponorogo - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menerbitkan rekomendasi terkait bencana longsor Ponorogo, Jawa Timur, yang menerjang Desa Banaran, Kecamatan Pulung, pada Sabtu pagi, 1 April 2017.
Dalam rekomendasi itu disebutkan masyarakat dan otoritas yang berwenang harus tetap waspada terhadap potensi longsor susulan. Hal itu mengingat daerah tersebut berada di zona gerakan tanah tinggi.
Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Ego Syahrial, daerah tersebut sangat berpotensi terjadi gerakan tanah jika terjadi hujan dengan intensitas dan durasi yang lama serta gerakan tanah lama bisa aktif kembali.
"Secara geologi, lokasi bencana terletak pada perbukitan dengan lereng terjal dan tersusun dari batuan gunung api yang bersifat urai dan banyak retakan, serta menumpang pada batuan sendimen tersier yang dapat membentuk bidang gelincir," ucap Ego Syahrial dalam keterangan tertulisnya, Rabu (5/4/2017).
Baca Juga
Advertisement
Ego menjelaskan, berdasarkan peta zona gerakan tanah Badan Geologi, daerah bencana terletak pada zona kerentanan tinggi. Karena itu, seiring upaya evakuasi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo bersama TNI, Polri, relawan, dan masyarakat, Badan Geologi mengimbau membangun posko evakuasi dan bantuan berada di daerah yang aman.
Badan Geologi juga telah mengirimkan tim tanggap darurat. Mereka akan menggelar pemeriksaan, penelitian dan pemetaan sebagai salah satu cara menghasilkan rekomendasi susulan penanganan usai bencana.
"Tim tanggap darurat Badan Geologi terdiri dari lima orang ahli yang dipimpin oleh Herry Purnomo," ujar Ego Syahrial.
Longsor Ponorogo yang diduga dipicu oleh hujan deras selama dua hari itu telah menimbun puluhan rumah dan 28 orang. Namun, jumlah korban keseluruhan diperkirakan melebihi dari yang telah didata.