Liputan6.com, New York - Harga minyak menguat usai rilis data soal kenaikan pasokan minyak Amerika Serikat (AS). Hal ini mengecewakan pasar yang mencari sinyal penyusutan pasokan.
Harga minyak untuk pengiriman Mei naik 12 sen atau 0,2 persen menjadi US$ 51,15 per barel. Sebelumnya harga minyak sempat sentuh level tertinggi US$ 51,88. Selain itu, harga minyak Brent naik 19 sen atau 0,4 persen menjadi US$ 54,36 per barel. Kedua harga minyaka cuan ini tertinggi sejak 7 Maret 2017.
Akan tetapi, momentum kenaikan dibatasi oleh rilis data the Energy Information Administration menyatakan persediaan minyak mentah AS naik 1,6 juta barel pekan lalu. Analis memperkirakan ada penurunan pasokan sekitar 200 ribu barel.
Baca Juga
Advertisement
"Meningkatnya persediaan minyak seperti rantai di pasar karena mereka perkirakan ada kemungkinan kekhawatiran pasokan," ujar Analis Senior Price Futures Group Phil Flynn seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (6/4/2017).
Ia menambahkan, persediaan minyak yang naik membayangi kenaikan harga minyak termasuk permintaan bensin dan produk lainnya. Selain itu, pasar juga mengharapkan negara pengekspor minyak tergabung dalam the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dapat memperpanjang pemangkasan produksi minyak.
Sebelumnya harga minyak telah naik dalam beberapa pekan terakhir di tengah harapan OPEC dan produsen minyak lainnya Rusia setuju memangkas produksi. Kebijakan ini akan berakhir pada Juni. Ada pun kelompok tersebut akan membuat keputusan pada 25 Mei.