PLN Klaim Tarif Listrik Lebih Murah

PLN telah menjual listrik lebih murah seiring program efisiensi yang dilakukan, salah satu substitusi penggunaan BBM.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 06 Apr 2017, 11:20 WIB
Petugas melakukan pemeriksaan rutin di PLTGU Jakarta, Rabu (9/3). PLN memperkirakan konsumsi listrik nasional pada tahun 2016 diperkirakan mencapai 225 terrawatt hour (twh) atau meningkat 11,4 persen dibandingkan tahun 2015 (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) mencatat terjadi penurunan tarif rata-rata Rp 41 per kilo Watt hour (kWh) sepanjang 2016. Hal tersebut merupakan buah efisiensi produksi listrik.

Direktur Perencanaan Nicke Widyawati mengatakan, PLN terus berusaha menekan harga jual tenaga listrik pada 2016, sehingga bisa menjual lebih murah listriknya kepada pelanggan dibanding 2015.

Berdasarkan catatan PLN‎, harga jual rata-rata listrik Rp 994 per kWh pada 2016, turun sebesar Rp 41 per kWh dari Rp 1.035 per kWh pada 2015.

‎"Penurunan harga jual ini masih bisa diimbangi oleh efisiensi internal PLN sehingga tidak terlalu menggerus laba," kata Nicke, di Jakarta, Kamis (6/4/2017).

Nicke menuturkan, keberhasilan PLN menjual listrik lebih murah tersebut merupakan buah dari program efisiensi. Caranya melalui substitusi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan penggunaan batu bara atau energi primer lain yang lebih murah, dan pengendalian biaya bukan bahan bakar.

Efisiensi terbesar terlihat dari berkurangnya biaya BBM Rp 12,3 triliun sehingga menjadi Rp 22,8 trilliun pada 2016 atau 35,03 persen dari tahun sebelumnya Rp 35 trilliun, terutama karena penurunan konsumsi BBM 0,8 juta kilo liter (Kl), sehingga volume pemakaian hingga 2016 sebesar 4,7 juta Kl.

Kapasitas pembangkit bertambah sebesar 3.714 Mega Watt (MW) pada 2016, yang berasal dari Pembangkit PLN sebesar 1.932 MW. Selain itu ada tambahan kapasitas dari Independent Power Producer (IPP) sebesar 1.782 MW‎.

‎Seiring dengan meningkatnya produksi listrik tersebut, beban usaha perusahaan naik sebesar Rp 8,2 triliun atau 3,32 persen, menjadi Rp 254,4 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 246,3 triliun.

"Pertumbuhan beban usaha tahun 2016 lebih kecil dibanding pertumbuhan kWh jual‎," tutur Nicke.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya