Liputan6.com, Amerika Serikat Obat disfungsi ereksi (ED) jenis inhibitor phosphodiesterase tipe 5 (PDE5) ternyata bisa mengurangi risiko kematian akibat serangan jantung.
Baca Juga
Advertisement
Pemimpin peneliti Dr Daniel Peter Andersson dari Karolinska Institutet di Swedia mencatat kesehatan pria berusia 80 tahun dan di bawah 80 tahun yang didiagnosis terkena serangan jantung pertama antara 2007 dan 2013.
Catatan kesehatan didata dari pusat data nasional Swedia, termasuk tiap rumah sakit di Swedia. Lebih dari 7 persen pria menerima resep obat disfungsi ereksi.
Dari jumlah tersebut, 92 persen menerima obat inhibitor PDE5 dan 8 persen minum obat alprostadil (obat jenis lain disfungsi ereksi). Pemberian obat ini disesuaikan dari faktor risiko seperti diabetes, stroke, dan gagal jantung,
Hasil temuan, pria yang meminum obat inhibitor PDE5 atau alprostadil, 40 persen lebih sedikit dirawat di rumah sakit akibat gagal jantung dibanding pria yang tidak minum obat disfungsi ereksi.
Selain itu, inhibitor PDE5 juga menurunkan risiko kematian bagi pasien yang didiagnosis mengidap serangan jantung.
Andersson berpendapat, kemungkinan obat disfungsi adalah penanda kehidupan seks yang aktif. Penelitian sebelumnya inhibitor PDE5 berkaitan dengan tekanan darah di ventrikel kiri jantung. Hal ini memicu jantung lebih mudah memompa darah.
Peneliti berspekulasi, obat disfungsi ereksi bermanfaat bagi pria yang mengalami serangan jantung.
Namun, penelitian ini masih terdapat kekurangan. Status sosial ekonomi tidak diperhitungkan dan penelitian tidak mempertimbangkan efek dari disfungsi ereksi yang tidak diobati.
Disfungsi ereksi merupakan ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi untuk mencapai hubungan seksual yang memuaskan. Studi terbaru melaporkan, 10 persen pria di Amerika Serikat berusia antara 40 tahun dan 70 tahun mengidap disfungsi ereksi.