Harga Bawang Merah Petani Brebes Anjlok hingga 50 Persen

Harga bawang merah petani yang semula mencapai Rp 20 ribu per kg kini anjlok menjadi Rp 10 ribu per kg.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 06 Apr 2017, 12:46 WIB
Sebanyak 15,3 ton bawang merah asal India yang diangkut menggunakan kapal asal Malaysia masuk melalui pelabuhan tikus di daerah Jangkang, Kabupaten Bengkalis.

Liputan6.com, Brebes - Harga bawang merah di petani Brebes Jawa Barat anjlok hingga 50 persen dalam dua pekan terakhir. Selain akibat musim tanam dan hama, maraknya bawang bombay impor berukuran kecil yang mirip bawang merah dari Tiongkok dan India di pasar induk di daerah seperti Jakarta, Sumatera, dan Kalimantan dituding menjadi pemicu.

Harga bawang merah petani yang semula Rp 20 ribu per kilogram (kg) kini anjlok menjadi Rp 10 ribu per kg.

Keberadaan bawang bombay impor ini meresahkan petani di sentra-sentra penghasil bawang merah di Brebes. Petani merugi karena harga jual bawang merahnya tak sebanding dengan perawatan dan modal awal tanam.

"Memang dua pekan belakangan ini harga bawang di petani turun drastis. Semula harganya Rp 20 ribu per kg, sekarang hanya laku Rp 10 ribu per kg. Kalau seperti ini, kami rugi besar dan balik modal saja sudah untung," ujar Ukti (52) petani di Desa Jagalempeni Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes, Kamis (6/4/2017).

Kondisi ini juga membuat stok bawang merah petani menumpuk seiring berlangsungnya panen raya masa tanam kedua.

Ukti membeberkan, pada panen raya kali ini, ia harus menanggung kerugian. Sebab hasil panen tidak sebanding dengan modal yang terpicu anjloknya harga bawang merah.

"Luas tanaman bawang saya 2 ribu meter persegi, tapi pas panen kemarin hanya laku Rp 8 juta, sementara modal yang diperlukan mencapai Rp 20 juta," dia menambahkan.

Hal serupa diungkapkan Asep (39), petani bawang merah asal Kecamatan Tanjung. Dia mengaku akibat anjloknya harga bawang banyak petani di wilayahnya memilih untuk memanen sendiri.

Selain itu, karena tak ingin merugi terlalu banyak, ia lebih memilih tidak menjual bawang merahnya. Ia memilih bawang hasil panennya disimpan untuk bibit di masa tanam berikutnya.

"Kalau di sini pakainya sistem tebasan, yang biasanya seperempat hektare bisa mencapai Rp 15 juta-20 juta, sekarang hanya Rp 7 juta-10 juta," tutur dia.

Menurut dia, turunnya harga bawang selain karena masa panen juga merebak hama matek yang menyerang tanaman bawang petani.

Akibat serangan hama itu, pertumbuhan tanaman lambat dan mati. Hama itu menyerang bagian daun hingga menyebabkan daun kuning dan kurus.

"Kalau harganya seperti ini, kami yang rugi. Panen kemarin saja tanaman saya hanya laku Rp 7 juta untuk luas seperempat hektare. Sedangkan modal yang saya keluarga lebih dari Rp 7 juta. Daripada dijual rugi, mending hasilnya saya olah menjadi bibit," tutur dia.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya