Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada perdagangan Kamis pekan ini. Pelaku pasar menahan transaksi menunggu pertemuan AS-China.
Mengutip Bloomberg, Kamis (6/4/2017), rupiah dibuka di angka 13.323 per dolar AS, turun tiga basis poin jika dibanding dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.320 per dolar AS.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.327 per dolar AS, menguat dua basis poin jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.329 per dolar AS.
Baca Juga
Advertisement
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.320 per dolar AS hingga 13.346 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,03 persen.
Dolar AS melemah terhadap beberapa mata uang di Asia pada perdagangan Kamis pekan ini. Hal tersebut terjadi karena kehati-hatian dari para pelaku pasar melihat kondisi geopolitik. Dolar AS melemah setelah tiga minggu terus menguat karena kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).
"Meskipun keputusan the Fed terus mendukung penguatan dolar AS tetapi ada sentimen lain yang membuat dolar AS tertekan," jelas Bank of America Merrill Lynch, Tokyo, Jepang, Shusuke Yamada.
Risiko geopolitik membebani Dolar AS. Donald Trump dan Xi Jinping akan mengadakan pertemuan pada akhir pekan ini. Banyak investor melihat bahwa pertemuan tersebut akan menimbulkan ketegangan di kedua belah pihak. Oleh karena itu, sebagian besar pelaku pasar memilih untuk menunggu.
Selain itu, perkembangan terakhir di Korea Utara juga membuat pelaku pasar sedikit menahan transaksi. Berdasarkan keterangan dari Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Korea Utara menembakkan proyektil ke Laut Jepang pada Rabu pagi waktu setempat.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, sentimen positif meliputi rupiah. Di perdagangan Rabu kemarin, rupiah masih menguat seiring dengan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Surat Utang Negara (SUN). Di Asia, sebagian kurs mulai menguat terhadap dolar AS.
"Rating and Investment Information Inc yang merevisi proyeksi peringkat utang Indonesia dari stable menjadi positive menjadi katalis positif bagi rupiah," jelas dia. (Gdn/Gdn)