Liputan6.com, Jakarta Produksi hormon testosteron perlahan berkurang saat seorang pria memasuki umur 30 tahun. Kondisi ini biasa disebut dengan hipogonadisme. Terjadinya bisa akibat cedera pada testis, trauma saat olahraga, atau akibat penyakit seksual menular.
Hipogonadisme juga bisa diakibatkan adanya masalah pada kelenjar hipofisis (kelenjar yang bertugas memberikan sinyal pada testis untuk memproduksi testosteron) di otak.
Advertisement
Spesialis Andrologi dari RS Fatmawati, dr Nugroho Setiawan MS SpAnd, mengatakan, hipogonadisme dapat diatasi dengan cara terapi hormon. Hanya saja kebanyakan pasien terlambat datang akibat gengsi.
"Banyak cara bisa dilakukan tapi ego pria itu tinggi," kata dr Nugroho dalam acara Pria Usia Diatas 40 tahun, Waspadai Ancaman Defisiensi Testosteron di Jakarta Pusat, Kamis (6/4/2017).
Sebab, tidak sedikit dari pasiennya yang menolak mengakui bahwa mereka mengalami hal tersebut.
Padahal, terapi hormon dapat dilakukan guna meningkatkan kembali testosteron pria. Bahkan, bantuan obat suntik, pil, atau gel dapat dilakukan untuk menyeimbangkan hormon tersebut.
"Tapi pria itu tinggi hati, nggak mau mengakui kalau dirinya disfungsi ereksi," katanya.