Liputan6.com, Jakarta Para pejalan kaki di Jakarta sudah selayaknya mendapatkan hak untuk merasa aman dan nyaman ketika berjalan di jalanan Ibu Kota. Untuk itu, ketersedian trotoar bagi para pejalan kaki di Jakarta merupakan hal yang sangat penting. Pejalan kaki di Jakarta selama ini kerap menemui kesulitan, bahkan menjadi korban kecelakaan lalu lintas karena kurangnya akses trotoar.
Selama ini trotoar di Jakarta kerap disalahgunakan, seperti dipergunakan untuk berdagang oleh para pedagang kaki lima, ditambah lagi tidak patuhnya para pengendara sepada motor yang kerap menggunakan trotoar sebagai jalur mereka berkendara. Selain itu, potret kota modern tidak selalu harus dilihat dari akses jalan bagi kendaraan bermotor yang lebar dan terlihat mulus, tetapi ketersediaan akses untuk para pesepeda dan pejalan kaki juga merupakan hal yang patut diperhatikan.
Advertisement
Mengatasi permasalahan tersebut, Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok, berencana menjadikan trotoar Jalan Jenderal Sudirman- MH Thamrin layaknya trotoar di kota besar Eropa. Trotoar di tempat tersebut direncanakan diperlebar menjadi 9-10 meter dan akan ada kafe-kafe yang diisi para Pedagang Kali Lima (PKL) binaan Pemprov DKI.
“Model-model semacam (JakBistro) ini di Eropa banyak sekali. Hanya kecil begini, terus dikasih meja-meja,” kata Ahok saat peluncuran kafe JakBistro.
Menurut Ahok, dipilihnya Jalan Sudirman untuk dilebarkan karena DKI akan menghapus jalur lambat di kawasan tersebut. Sebab, Sudirman akan dilintasi transportasi publik mass rapid transit (MRT), sehingga Pemprov mendorong warga Jakarta untuk menggunakan transportasi massal dan mendorong warga untuk berjalan kaki, sebab trotoar lebar telah tersedia.
"Model-model semacam ini akan membuka kesempatan bagi anak muda untuk usaha. Semua lahan harus dimanfaatkan dengan baik," ucap Ahok.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), melalui Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi mengungkapkan, YLKI sangat mendukung penghapusan jalur lambat di sepanjang Jalan Sudirman hingga MH
Thamrin. Rencananya, DKI akan mengubah jalur itu menjadi trotoar.
"Jika benar wacana ini dieksekusi, hal ini merupakan ide yang progresif karena akses pejalan kaki di Jakarta, termasuk di Jalan Sudirman dan MH Thamrin, masih sangat minim. Pemprov DKI juga harus membebaskan banyaknya trotoar yang kini dijadikan area komersial atau pedagang kaki lima, bengkel, dan parkir liar," ujar Tulus.
Kepala Dinas Binamarga DKI Yusmada Faizal mengatakan, Ahok menginstruksikan pelebaran trotoar Sudirman dapat selesai awal 2018 atau sebelum ajang Asian Games terlaksana pada Agustus 2018.
"Kita berharap mulai tahun ini. Saat ini urus persiapan kerja sama dengan swasta dulu, karena biaya dari kontribusi pengembang," ujar Yusmada.
Selain penataan fisik, trotoar di Jakarta juga akan dilengkapi dengan boks ducting. Sehingga pemasangan utilitas tidak lagi merusak trotoar di atasnya. Ahok juga tidak ingin trotoar menggunakan conblok, keramik, atau batu alam. Ke depan trotoar akan menggunakan semen yang bisa menyerap air. Bahan tersebut sudah digunakan di Taman Pandang Istana yang baru saja diresmikan.
“Masalah di Jakarta itu suka ada trotoar yang nggak ada ducting. Jadi orang gali kabel fiber optik, PLN semua, bongkar lagi. Boksnya turun kira-kira 2,5-2,8 meter, supaya gali kabel semua lewat boks bawah. Sehingga trotoar kami nggak dibongkar lagi. Sekarang saya wajibkan bikin model ada trotoar sudah ada boks. Saya nggak mau keramik, batu alam, konblok. Itu nanti pakai semen, itu yang kami bikin di Taman Pandang Istana. Semennya bisa nyerap air. Kami sudah uji coba di Tebet juga,” ucap Ahok.
Sebelumnya Ahok telah melakukan pembangunan trotoar ramah disabilitas di enam titik ruas jalan di wilayah Jakarta Utara, dan sudah selesai dikerjakan. Kepala Suku Dinas Bina Marga Jakarta Utara Hamdan mengatakan, trotoar yang dibangun di tiap lokasi rata-rata dikerjakan hanya mencapai 90 persen dari rencana awal. Ia juga menjelaskan, trotoar tersebut dibangun dengan material floor hardener di bagian tengah untuk jalur penyandang disabilitas.
“Sisanya sengaja tidak dibangun untuk ditanami pohon. Fungsinya untuk penghijauan dan keindahan,” kata Hamdan
Hamdan menyebutkan, keenam titik yang telah dibangun trotoar terdiri dari Jalan Akses Rusun Marunda sepanjang satu kilometer dengan lebar 3,2 meter. Kemudian Jalan Kramat Raya, depan Jakarta Islamic Centre (JIC) sepanjang 930 meter dengan lebar 2.87 meter. Berikutnya di Jalan Sudarso sepanjang 1,4 kilometer dengan lebar 2,3 meter, Jalan Stasiun Tanjung Priok sepanjang 737 meter selebar 3,6 meter, Jalan Gunung Sahari dan Hidup Baru sepanjang 753 meter dengan lebar 2,4 meter.
“Terakhir Jalan Pluit Timur Raya sepanjang 972 meter dengan lebar 2,7 meter,” ungkap Hamdan.
(*)