Liputan6.com, Jakarta - Tak ada kejahatan yang sempurna. Kejahatan bisa terungkap dengan banyak cara. Misalnya saja kasus dugaan pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan kopi sianida dengan terpidana Jessica Kumala Wongso.
Sejumlah pihak menyangsikan Jessica pembunuh Mirna lantaran tak ada yang melihat perempuan yang tengah mengajukan banding itu, menaburkan sianida ke minuman sahabatnya. Rekaman CCTV tempat kejadian perkara pun tidak jelas menggambarkan dugaan tersebut.
Advertisement
Namun, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berpendapat lain. Mereka menilai Jessica sengaja meracuni korban Wayan Mirna Salihin. Hakim berpendapat kejahatan tersebut dapat dibuktikan dengan cara lain.
"Dapat disimpulkan majelis hakim adanya perbuatan kesengajaan yang telah memenuhi unsur pidana," ujar hakim Binsar Gultom dalam sidang vonis Jessica Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis 27 Oktober 2016.
Keluarga Mirna pun bersyukur setelah majelis hakim memvonis Jessica 20 tahun penjara.
Tapi, ada sejumlah keluarga yang tidak seberuntung orangtua Mirna. Sebab, ada sejumlah kasus kejahatan kriminal yang tak kunjung terselesaikan meski bertahun-tahun diselidiki polisi.
Sebut saja kasus pembunuhan mahasiswa Universitas Indonesia, Akseyna Ahad Dori. Dua tahun sudah kasus ini diselidiki kepolisian. Namun, belum ada satupun orang yang dijadikan tersangka. Bahkan, Polres Depok pernah menyatakan Akseyna bunuh diri.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, jajarannya masih mendalami kasus tersebut. Begitu pula dengan penyelidikan kasus kriminal lainnya yang masih mangkrak di kepolisian.
Menurut catatan Liputan6.com, ada kasus penemuan mayat di mobil BMW dan penculikan anak di pusat perbelanjaan PGC, di Jakarta Timur.
"Intinya kan ada masa kedaluwarsa. Sebelum itu terlampaui ya enggak masalah," kata Argo kepada Liputan6.com, Jakarta, Jumat (7/4/2017).
Dia mengatakan, hal tersebut telah diatur dalam perundangan.
Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Andry Wibowo juga menegaskan hal yang sama. Dia menuturkan, penyidik terus mengusut kasus-kasus tersebut sebelum kedaluarsa.
"Masih terus diselidiki. Kita masih jalan terus," ujar Andry.
"Penyidikannya sudah lengkap, artinya tersangka sudah ada. Tinggal pemberkasan (periksa saksi ahli). Kalau pelakunya belum tertangkap, ya kita masih terus melakukan penyelidikan. Memang unsur pidananya sudah ada. Tapi tersangkanya kan belum ada. Jadi penyidikannya belum lengkap," lanjut dia.
Sebagai pengingat, berikut ulasan 3 kasus kejahatan yang masih mangkrak di kepolisian:
1. Pembunuhan Akseyna
Pada 26 Maret 2017, tepat dua tahun jasad Akseyna Ahad Dori ditemukan mengambang di Danau Kenanga Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat. Jenazahnya ditemukan dalam kondisi membengkak, tanpa identitas dan menggendong ransel berisi lima buah batu conblock.
Senin 30 Maret 2015, jasad misterius itu teridentifikasi. Sepasang suami istri asal Yogyakarta mendatangi Mapolresta Depok dan RS Polri Kramat Jati, mereka yakin jasad tersebut adalah putranya, Akseyna Ahad Dori, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Jurusan Biologi UI.
Pemuda yang akrab disapa Ace tersebut diketahui menghilang berhari-hari. Dia adalah anak seorang Perwira Menengah TNI Angkatan Udara (AU) Kolonel (Sus) Mardoto. Polisi semula berkeyakinan Akseyna mati bunuh diri, karena mendapati surat wasiat yang diduga ditulis Ace di kamar kosnya. Namun, polisi akhirnya menetapkan Ace dibunuh oleh perbuatan jahat seseorang.
Namun, kasus kematian pria 18 tahun itu masih misteri. Polisi belum juga menemukan titik terang pelaku pembunuhan Akseyna.
Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Hendy F Kurniawan mengaku menghadapi beberapa kendala dalam menyingkap tabir misteri kematian Akseyna. Kendati, kasus tersebut tetap menjadi atensinya sejak menjabat sebagai Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya.
"Itu PR bagi saya. Pertama saya menjabat kan concern saya ke Akseyna. Tetapi ada beberapa benturan, misalkan dari olah TKP awal, kemudian pemeriksaan saksi yang sudah lama," ujar Hendy di Mapolda Metro Jaya, Senin 27 Maret 2017.
"Setelah diperiksa lama berhenti itu jadi problema sendiri ketika kita membuka kembali sebuah case. Otomatis olah TKP yang sekarang kita lakukan tidak sama ketika TKP itu masih belum terkontaminasi," ucap dia.
Hendy menuturkan, pihaknya belum mendapatkan bukti baru yang mengarah kepada pelaku. Namun sepucuk surat yang ditemukan di kos Akseyna dipastikan bukan murni tulisan korban 100 persen.
"Itu sudah kita mintakan juga ke ahli untuk memilah apakah ini tulisan Akseyna atau bukan. Memang dalam kesimpulan ahli itu ada dua penulis yang berbeda," kata dia.
Polisi kini tengah mencari siapa sosok lain yang ikut menulis surat tersebut. "Ini siapa kan kita harus cari pembanding. Nah, ini yang kita harus intens untuk mencari pembanding siapa penulis yang memodifikasi tulisan tersebut," Hendy menjelaskan.
Selain itu, polisi kesulitan mencari jejak pelaku saat olah TKP di kos Akseyna pada 2015 lalu. Menurut dia, kos Akseyna sudah tidak murni lagi. Apalagi beberapa orang diketahui telah memasuki kos tersebut lantaran Akseyna semula sempat diduga tewas bunuh diri.
"Kalau sudah setahun itu kan susah untuk dianalisis, tapi tetap kita lakukan upaya yang intinya adalah scientific investigasi, mengarah kepada dugaan pelaku," kata Hendy.
Advertisement
2. Penculikan Bocah di PGC
Sabtu 18 Juli 2015, kasus penculikan gadis cilik berinisial SE (6) di Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta Timur menyedot perhatian publik.
Lepas dari pengawasan orangtua, SE mendadak hilang di pusat perbelanjaan itu. Rekaman closed circuit television (CCTV) mendapati, SE dibawa pergi oleh orang tak dikenal.
Dari rekaman CCTV terpampang jelas bagaimana pelaku mengajak korban sampai akhirnya menghilang dari sorotan kamera meninggalkan mal tersebut.
Nyaris semua media ramai memberitakan kasus ini, bahkan rekaman CCTV diputar di televisi-televisi nasional. Orangtua SE melapor ke polisi.
Beberapa hari penyelidikan tak menemukan petunjuk di mana korban termasuk pelakunya. Mendadak SE pulang ke rumah. Seorang sopir taksi di Bekasi mengaku diminta orang tak dikenal mengantar SE kembali ke PGC.
SE akhirnya pulang rumah. Kepulangan SE melegakan orangtua korban. Namun, drama sekaligus pelaku penculikan itu hingga kini belum terungkap.
Aparat Polsek Kramat Jati sampai Polres Jakarta Timur masih memburu pelaku penculikan, yang tega memisahkan Tia lebih dari 2 hari dari orangtuanya sebelum dikembalikan. Namun, teror tak kunjung henti menghantui Ridwan.
Bahkan beberapa hari setelahnya, Ridwan masih mendapat teror melalui pesan singkat (SMS) yang meminta dirinya mencabut pelaporan atas kasus penculikan anaknya. Pesan ini diterima Ridwan langsung di telepon genggamnya.
"Intinya dia minta supaya kasus ini dihentikan. Saya diminta cabut laporan karena katanya anak saya kan sudah dikembalikan," ujar Ridwan di kediamannya di bilangan Batu Ampar, Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis 23 Juli 2015.
Teror tersebut tidak dihiraukan oleh Ridwan dan dia tetap membiarkan kepolisian terus mengusut kasus ini. Bahkan, dirinya telah melaporkan teror SMS tersebut kepada kepolisian untuk membantu pengungkapan pelaku di balik penculikan anaknya.
"Sudah saya beritahukan SMS ini ke polisi. Sudah dicatat juga nomornya untuk dilakukan penyelidikan. Ini dapat mempermudah mengungkap siapa pelakunya nanti," pungkas dia.
3. Penemuan Mayat di Mobil BMW
Hilang dua hari, Willyanto ditemukan tewas dalam mobil BMW yang terparkir di garasi bengkel Andri Motor Service, tempat usaha milik kakaknya. Bengkel tersebut terletak di Jalan Pulo Asem Utara Raya, Kelurahan Jati, Pulogadung, Jakarta Timur.
Kakaknya, Andri (41), mengaku mencari-cari Willy. Namun tak juga menemukan hingga akhirnya menyuruh sang anak mencari pamannya.
Jasad Willy berada di pintu belakang kanan mobil dengan kondisi tangan dan kaki diikat, serta ada ikatan di kepalanya. Jenazahnya pun diperkirakan lebih dari sehari berada di dalam mobil karena sudah membengkak.
Sampai saat ini, penyidik Polres Jakarta Timur masih menyelidiki kasus ini. "Oh, masih (selidiki)," kata Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Andry Wibowo, Jakarta, Jumat (7/4/2017).
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik korban, ada luka gores yang cukup dalam di bagian perutnya, meski tak tembus dalam. Polisi pun masih menunggu hasil visum sementara serta autopsi jenazah korban yang dilakukan Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Namun, Kapolres Metro Jakarta Timur saat itu, Kombes Umar Faroq mengatakan, luka tersebut bukan tusukan.
"Luka itu goresan di perut diduga karena sajam, hasil visum sementara belum keluar, hasil autopsi juga belum keluar dari RS Polri," kata Umar soal penemuan mayat di BMW itu, Sabtu 24 Oktober 2015.
Polisi pun telah memeriksa 3 karyawan bengkel tempat Willy bekerja. Penyidik juga memeriksa 3 saksi yang menemukan jenazah korban.
Advertisement