Liputan6.com, Jakarta Curhat atau curahan hati biasa dilakukan ketika hati bahagia tapi seringkali saat sedih atau cemas. Siapa sangka melakukan curhat memiliki manfaat besar yakni menghindarkan seseorang dari depresi.
“Tanpa kita sadari sebenarnya curhat itu penting. Mengekspresikan perasaan bisa mengurangi beban masalah kejiwaan," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr. H. M. Subuh, MPPM pada temu media Hari Kesehatan Dunia dengan tema global Depression: Let's Talk di kantor Kemenkes ditulis Jumat (7/4/2017)
Advertisement
Selain kemauan orang yang sedang mengalami kekalutan hati tersebut untuk curhat, dukungan orang-orang di sekitar untuk mau mendengarkan curhatan orang tersebut penting seperti disampaikan Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI), dr. Diah Setia Utami, Sp. KJ., MARS, mengutip rilis dari Kemenkes.
Masyarakat bisa membantu orang-orang yang mengalami depresi dengan mendengarkan mereka berbicara. Selain itu juga membuka wawasan orang yang depresi bahwa di sekitar mereka ada harapan dan banyak orang yang ingin membantu mereka, kata Diah.
Diah berharap agar stigma depresi di masyarakat bisa dikurangi bahkan dihilangkan. Stigma yang ada justru menjadi penghambat upaya seseorang menolong dirinya keluar dari situasi depresi yang dialaminya, bahkan justru memperparah keadaannya.
Stigma yang dilabelkan kepada orang yang mengalami depresi diantaranya: orang yang tidak dekat dengan Tuhan, kurang iman, tidak sabar terhadap cobaan Tuhan, diguna-guna atau didekati makhluk halus, dan lain sebagainya.
“Seringkali mereka tahu ada yang terjadi dalam dirinya, tapi seringkali merasa takut salah menyatakan perasaan. Terkadang mereka sudah bicara tapi tidak didengarkan, malah dinasehati, atau disalahkan. Itu justru memperparah keadaan," katanya.
Secara umum, yang dibutuhkan adalah pendengar yang baik. Utamanya adalah tidak memotong pembicaraan, bukan malah menasehati apalagi menyalahkan.
“Tidak memotong pembicaraan, bersifat mendukung (supported), bisa memahami, ada reflective listening. Harus benar-benar bisa menjadi orang yang bisa mendengar, bukan just hearing melainkan listening”, tambahnya.
Dijelaskan oleh dr. Diah bahwa menyimak (listening) itu bukan hanya memakai telinga saja untuk mendengar, tetapi juga menggunakan indera lainnya, seperti: mata (untuk melihat gerak tubuh dan ekspresi), hati (untuk berempati terhadap apa yang dikatakan), dan pikiran (untuk mengkoneksi setiap kata dan ucapan).
Sehingga dengan curhat, mampu mencegah seseorang terkena depresi.