Liputan6.com, Jakarta - Mistis dan angker, itulah kesan sejumlah wilayah di Jakarta zaman dulu. Hingga 1970-an, daerah yang dulunya bernama Batavia itu banyak ditemukan belantara atau perkebunan dengan jumlah penduduk yang bisa dihitung jari.
Kesan mistis dan angker juga terlihat di kawasan Fatmawati, tepatnya di kawasan yang kini menjelmah menjadi Rumah Sakit Fatmawati. Sekitar 50-60 tahun lalu, atau era 1950-an, kawasan yang masuk Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan itu, masih berupa hutan jati dan perkebunan angker. Hampir tak ada penduduk tinggal di sini selain garong atau perampok. Tempat ini jadi lokasi berkumpulnya para penjahat untuk berkumpul dan bagi-bagi hasil jarahan.
Advertisement
Tak hanya itu, kawasan RS Fatmawati dulu juga dikenal dengan kemistisannya. Satu cerita mistis yang melegenda adalah konon kerap terdengar suara anak itik (ayam) dari tempat ini.
Anehnya, saat didatangi tak ditemukan satu pun anak itik. Suara anak itik akan hilang berpindah tempat yang berlawanan jika ada orang yang menelisik untuk mencari keberadaannya. Tak heran, warga sekitar pun akhirnya menyebut kawasan ini sebagai Utan Pitik.
Namun, versi lain menyebut, kawasan ini disebut Utan Itik karena memang dululah banyak ditemukan bebek, ayam liar berkeliaran di tempat ini.
Tokoh Betawi Ridwan Saidi, dalam bukunya Profil Orang Betawi (2001) menyebut, kawasan Utan Itik berada di lokasi RS Fatmawati saat ini. Tempat tersebut tidak masuk saat pemerintah mencanangkan pembangunan wilayah Jakarta Selatan pada 1949. Pembangunan wilayah Kebayoran Baru saat itu, hanya menjangkau hingga kawasan Blok A.
Pembangunan di kawasan Utan Itik baru dimulai dari gagasan Fatmawati Soekarno. Ibu Negara itu ingin membangun rumah sakit untuk penderita tuberculosis (TB) anak (1953). Peletakan batu pertama rumah sakit dilakukan pada 2 Oktober 1954 oleh Fatmawati Soekarno.
Pembabatan hutan jati dan area perkebunan pun dilakukan seiring pembangunan rumah sakit. Cerita mistis tentang Utan Itik pun menghilang dengan sendirinya.
Kawasan Fatmawati Kini
Berdirinya RS Fatmawati menghapus keangkeran dan cerita mistis Utan Pitik. Perlahan tapi pasti, kawasan ini berkembang.
Pendatang baru pun berdatangan. Tidak hanya warga Betawi, pendatang dari luar Jakarta juga banyak memilih tinggal di sekitar rumah sakit. Kebutuhan tempat tinggal pun meningkat. Pantauan Liputan6.com, Selasa 4 April 2017, Fatmawati kini menjelmah jadi kawasan yang padat. Selain permukiman baru, sejumlah kantor dan ruko juga bertebaran di sekitar rumah sakit hingga Blok M.
Kawasan RS Fatmawati kini juga menjadi salah satu titik kemacetan parah di Jakarta, khususnya di jam berangkat dan pulang kantor. Kemacetan semakin menjadi seiring pembangunan proyek Mass Rapit Transit (MRT) yang melewati jalan Fatmawati menuju Blok M Jakarta Selatan. Kawasan Fatmawati yang dulu sunyi penuh misteri kini merubah bising dengan jutaan kendaraan bermotor lalu lalang setiap harinya.
RS Fatmawati pun terus berkembang. Rumah sakit ini tak lagi hanya jadi rumah sakit TB. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan 12 April 1961 fungsi rumah sakit berubah menjadi rumah sakit umum. Penyelenggaraan, pembiayaan dan pemeliharaan rumah sakit dilaksanakan oleh dan dengan anggaran Departemen Kesehatan. Keputusan ini mulai berlaku 15 April 1961 dan selanjutnya ditetapkan sebagai hari jadi rumah sakit tersebut.
Kemudian, atas usulan Dr R Soehasim selaku direktur kepada Fatmawati Soekarno, pada 23 Mei 1967, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin meresmikan perubahan nama RSU Ibu Soekarno menjadi RS Fatmawati sekaligus pemberian nama Jalan RS Fatmawati di depan kawasan rumah sakit hingga kawasan Cipete.
Advertisement