Liputan6.com, Washington, DC - Pasca-serangan rudal Tomahawk Amerika Serikat (AS), harga minyak dunia dilaporkan langsung melonjak naik lebih dari 2 persen menuju titik tertingginya selama satu bulan terakhir.
Presiden Donald Trump memerintahkan serangan berupa penembakan 59 rudal ke sebuah fasilitas militer di Suriah pada Kamis, 7 April waktu setempat.
Advertisement
Aksi itu merupakan tindakan balasan atas serangan senjata kimia di Idlib, Suriah, yang diduga kuat didalangi oleh militer al-Assad.
Usai serangan, harga minyak dunia naik hingga US$ 56 per barel atau setara Rp 747.000. Beberapa saat kemudian, harga minyak kembali turun ke harga US$ 55,7 per barel atau setara Rp 732.000.
Suriah memang memiliki produksi minyak yang terbatas. Namun, lokasinya yang berada di Timur Tengah serta dekat dengan sejumlah negara penghasil minyak utama dunia menimbulkan kepanikan di sejumlah kalangan.
Kekhawatiran itu dipicu prediksi konflik yang akan muncul dapat mengganggu stabilitas harga minyak di beberapa negara lain. Demikian seperti dilansir Independent, Jumat (7/4/2017).
Presiden Donald Trump sebelumnya mengonfirmasi, serangan 59 misil kendali jarak jauh (cruise missile) AS dilancarkan atas komandonya.