Arab Saudi dan Israel Dukung Intervensi Militer AS di Suriah

Iran dan Rusia mengutuk keras serangan AS ke Suriah. Namun di lain sisi, sejumlah negara mendukung langkah Trump.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 07 Apr 2017, 17:02 WIB
Kapal perang AS yang ada di Laut Mediterania, meluncurkan rudal Tomahawk ke pangkalan udara Suriah, Jumat (7/4). Serangan rudal ini sebagai respon atas serangan kimia di Idlib. (Mass Communication Specialist 3rd Class Ford Williams/U.S. Navy via AP)

Liputan6.com, Damaskus - Amerika Serikat (AS) pada akhirnya memutuskan untuk mengintervensi perang sipil Suriah. Serangan yang terdiri dari 59 rudal Tomahawk itu diluncurkan ke sejumlah target.

Militer Suriah mengklaim, enam orang tewas akibat serangan perdana AS tersebut.

Washington sendiri menyebut, serangan yang dilancarkan pada Jumat waktu setempat menyebabkan kerusakan atau kehancuran parah atas pesawat-pesawat Suriah dan infrastruktur pendukung serta peralatan di lapangan udara.

Presiden Donald Trump menegaskan, serangan terhadap pangkalan udara Shayrat di Provinsi Homs itu dilancarkan atas perintahnya. Ia meyakini serangan gas kimia di Idlib yang menewaskan lebih dari 70 orang beberapa hari lalu diluncurkan dari sana.

Trump mengklaim, ia bertindak atas kepentingan keamanan nasional Amerika.

Sejumlah negara pun bereaksi atas serangan yang menandai intervensi langsung AS dalam perang sipil Suriah tersebut.

Pemerintah Rusia yang merupakan sekutu utama Suriah mengutuk serangan AS. Negeri Beruang Merah itu mengatakan, tindakan Washington akan 'menimbulkan kerusakan besar dalam hubungan AS-Rusia'.

Dalam respons pertama atas serangan tersebut, Kremlin melabeli langkah AS sebagai 'agresi melawan sebuah negara berdaulat di mana itu melanggar hukum internasional'.

Dmitry Peskov, juru bicara Presiden Vladimir Putin mengatakan, serangan rudal menciptakan sebuah 'hambatan serius' untuk menciptakan koalisi internasional demi mengalahkan ISIS.

Tak hanya itu, Peskov juga menuding, AS melancarkan serangan untuk mengalihkan perhatian dunia dari kematian ratusan warga sipil Irak dalam serangkaian serangan udara koalisi pimpinan AS di Mosul bulan lalu.

"Langkah Washington akan menimbulkan kerusakan besar dalam hubungan AS-Rusia," ujar Peskov seperti dilansir dari Al Jazeera, Jumat, (7/4/2017).

Iran selaku sekutu Presiden Bashar al-Assad juga mengutuk serangan tersebut.

"Iran mengutuk keras setiap serangan unilateral... tindakan-tindakan seperti itu akan memperkuat terorisme di Suriah... dan itu akan menyulitkan situasi di Suriah dan kawasan," demikian dilansir kantor berita ISNA mengutip pernyataan yang disampaikan oleh Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Qasemi.

Pemerintah Indonesia pun telah merespons serangan AS ke Suriah. Juru Bicara Kemlu RI Arrmanatha Nasir menyebut, Indonesia menyayangkan tindakan AS.

"Indonesia prihatin atas aksi unilateral dari semua pihak (ke Suriah), termasuk penggunaan rudal Tomahawk," sebut pria yang kerap disapa Tata dalam press briefing mingguan Kemlu.


Dukungan mengalir ke Trump

Adapun sejumlah negara menyatakan dukungan mereka terhadap langkah Presiden Trump. Sebut saja Arab Saudi, Turki, Inggris, dan Israel.

Riyadh menyampaikan dukungan penuhnya terhadap serangan dan menambahkan bahwa itu merupakan keputusan berani Presiden Trump sebagai respons atas penggunaan senjata kimia oleh pasukan Suriah.

"Sebuah sumber yang bertanggung jawab di kementerian luar negeri menyatakan, Kerajaan Arab Saudi mendukung penuh operasi militer Amerika terhadap sejumlah target militer di Suriah, yang merupakan respons terhadap penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil yang tidak bersalah," sebut pernyataan yang dirilis kantor berita SPA.

Pernyataan yang sama juga menyebutkan bahwa pemerintahan al-Assad bertanggung jawab atas kematian puluhan warga sipil di Khan Sheikhoun -- lokasi di mana serangan kimia terjadi.

Turki yang menjadi tuan rumah bagi tiga juta pengungsi Suriah memandang intervensi militer AS sebagai hal positif. Mereka mendesak diterapkannya zona bebas terbang dan zona aman di Suriah.

"Apa yang terjadi di Idlib pada hari Selasa lalu membuktikan sekali lagi bahwa rezim Assad mengabaikan sebuah prospek transisi politik dan upaya untuk menegakkan gencatan senjata," ujar Jubir presiden, Ibrahim Kalin.

"Penghancuran pangkalan udara Sharyat menandai sebuah langkah penting untuk memastikan bahwa serangan kimia dan konvensional terhadap penduduk sipil tak bisa dibiarkan begitu saja," imbuhnya.

PM Israel Benjamin Netanyahu juga angkat suara. Ia mengungkapkan dukungannya atas serangan AS yang dinilainya memiliki 'pesan kuat dan jelas'. Netanyahu mengklaim telah diberitahu soal rencana serangan tersebut.

"Israel sepenuhnya mendukung keputusan Presiden Trump dan berharap bahwa pesan yang disampaikan dalam menghadapi rezim Assad ini akan bergaung tidak hanya di Damaskus, namun juga di Teheran, Pyongyang, dan tempat lainnya," demikian pernyataan dari kantor PM Netanyahu.

Dukungan terhadap intervensi militer AS di Suriah juga datang dari Inggris. Sebuah pernyataan dari kantor PM Theresa May menyebutkan, tindakan AS sebagai respons yang tepat terhadap 'serangan senjata kimia barbar' yang diluncurkan pemerintah Suriah.

PM Australia Malcolm Turnbull berpendapat, serangan AS tersebut 'proporsional dan respons yang sesuai'. Ia juga mendesak Moskow untuk memainkan peran dalam menghadirkan perdamaian di Suriah.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya