Liputan6.com, Jakarta - Kondisi umat Muslim di Indonesia yang belakangan mulai terpecah dan saling menghujat, membuat cendekiawan Muslim Syafii Maarif prihatin.
Dia mengingatkan untuk mewaspadai keberadaan pandangan atau pemikiran yang bisa disebut teologi maut.
Advertisement
Teologi maut ini, kata mantan Ketua PP Muhammadiyah itu, sudah muncul dalam periode akhir-akhir ini.
Menurut pria yang disapa Buya Syafii itu, teologi tersebut berbahaya dan berpotensi membawa negara ke jurang kehancuran.
"Kenapa negara yang sehebat dan sebesar ini muslimnya terpecah belah, saling menghujat. Ini teologi maut mengajarkan berani mati, tapi tidak berani hidup," kata Buya Syafii dalam sebuah Seminar dan Lokakarya di Hotel Aryaduta, Jakarta, Sabtu (7/4/2017).
Menyedihkannya lagi, kata Buya Syafii, pandangan atau teologi maut itu justru tumbuh subur di kalangan pemuda bangsa.
Menurut dia, para penganut teologi maut biasanya berkarakter anti-toleransi. Teologi maut juga memiliki sifat atau kecenderungan paling merasa benar, juga selalu berpikir menuju kematian yang syahid, tanpa menjalani kehidupan yang baik.
"Mereka (penganut paham teologi maut) itu menderita, lalu diajak Tuhan untuk melindungi. Dalam perkembangan, teologi ini juga (berpandangan) yang di luar salah dan halal darahnya," ujar Buya Syafii.
Dia pun berharap agar pemerintah dan aparat bisa jeli melihat persoalan-persoalan anti-toleran yang menyangkut paham teologi maut.
"Saya berharap aparat negara jeli melihat-lihat. Jangan sampai tenggelam dengan perbuatan anak-anak bangsa yang berkhianat kepada bangsa," dia menandaskan.
Buya Syafii menambahkan, "Pendukung segala sempalan yang ingin ganti Pancasila bersuara lantang karena yang mayoritas diam. Aparat harus peka. Negara Anda, negara saya, jangan biarkan tenggelam."