Liputan6.com, Washington DC - Kamis 6 April 2017, Presiden Donald Trump mengonfirmasi pengesahan operasi serangan 59 misil kendali jarak jauh (cruise missile) AS yang ditargetkan pada bandar udara militer Suriah. Misil-misil itu menandai bentuk balasan AS atas serangan senjata kimia keji di Idlib, Suriah, pada 4 April 2017 lalu.
Serangan misil AS ke Suriah itu menandai intervensi militer langsung (direct military intervention) Negeri Paman Sam, yang pada 6 tahun sebelumnya lebih memilih untuk melakukan intervensi tidak langsung--berupa kebijakan--pada Perang Suriah.
Advertisement
Serangan itu menuai reaksi pro dan kontra dari beragam negara. Siapa sajakah negara yang sejalan dengan langkah Presiden Donald Trump?
Dilansir dari New York Post, Sabtu (8/4/2017), ada 12 negara yang berada di sisi Trump. Di antaranya adalah Inggris, Jerman, Prancis, Turki, Israel, Arab Saudi, Australia, Italia, Polandia, Uni Emirat Arab, Jepang, Kanada.
"Keputusan yang berani... peluncuran rudal yang diperintahkan oleh Presiden Trump adalah respons yang tepat untuk kejahatan rezim kepada rakyatnya...," kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dilaporkan oleh Saudi Press Agency.
Melansir dari USA Today, ada tambahan 4 negara yang sepakat dengan keduabelas negara yang diberitakan New York Post. Mereka adalah Yordania, Kanada, Spanyol dan Selandia Baru.
New York Post menyebut ada 3 negara yang berseberangan dengan ide AS serang Suriah, yakni negara Suriah, Rusia dan Iran. Sementara USA Today menambah 2 negara yakni China dan Indonesia.
Berbeda dengan pemberitaan USA Today, New York Post menyebut ada 2 negara yang dianggap netral atau tak mau ikut campur dengan persoalan AS serang Suriah, di antaranya adalah China dan Swedia.
Serangan 59 Misil ke Suriah
Pada Jumat 7 April pagi waktu setempat, sebuah bandar udara militer di Suriah dihantam oleh sejumlah misil kendali jarak jauh jenis Tomahawk milik AS.
Sekitar 59 misil jenis Tomahawk diluncurkan dari USS Ross dan USS Porter, dua kapal perang AS yang berlayar di laut Mediterania ke sebuah bandar udara militer di Shayrat, Suriah, seperti yang diwartakan Sydney Morning Herald.
Bandar udara itu diduga sebagai landasan udara pesawat yang menjatuhkan bom senjata kimia di Idlib, Suriah, Selasa, 4 April 2017 lalu.
Pemerintah AS memilih misil Tomahawk sebagai pion agresi militer kepada Suriah. Dan, misil itu menandai awal intervensi militer langsung yang pertama kali dilakukan AS terhadap Suriah.
Saksikan juga video berikut ini: