Liputan6.com, Jakarta Makin berkembangnya paham radikal saat ini menjadi perhatian tokoh di Indonesia, tak terkecuali mantan Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan Siswono Yudo Husodo.
Tokoh yang pernah menjadi calon wakil presiden pada pemilu 2004 ini mengatakan, kesenjangan harus dikurangi untuk mencegah tumbuhnya paham radikal.
Advertisement
"Tidak ada jalan lain kita harus menipiskan kesenjangan. Kesenjangan mendorong tumbuhnya paham radikal," ujar Siswono dalam sebuah Seminar dan Lokakarya di Hotel Aryaduta, Jakarta, Sabtu (7/4/2017).
Paham radikal, ujar Siswono, telah menyebabkan kaum ekstrimis kecil menjadi besar. Apalagi, golongan moderat diam menghadapi hal ini. Akibatnya, masyarakat Indonesia sulit bahagia karena hal itu.
"Dalam prakteknya, di negara yang agama menjadi sangat penting (Indonesia) justru tidak bahagia, ada apa yang salah? Masyarakat bangsa yang paling mementingkan agama, kenapa tidak masuk ranking 50 negara bahagia?" tanya Siswono.
Guna mengurangi kelompok dan aksi radikal, Siswono meminta ada penegakan hukum.
Meski demikian, Siswono optimistis, sejarah panjang bangsa yang melewati banyak perlawanan dari kelompok-kelompok radikal, akan menjadikan Indonesia sebagai negara besar.
Dia juga mengingatkan untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran dari mulai jenjang SD sampai perguruan tinggi, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia.
"Berdasarkan survei, negara yang paling bahagia Denmark dan Indonesia berada di peringkat 79 dari 160 lebih negara. Di Denmark itu nilai kejujurannya tinggi," ujar Siswono.