Liputan6.com, Gunung Kidul - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan atau Mendikbud Muhadjir Effendy memerintahkan soal ujian nasional berbasis komputer (UNBK) memiliki beresolusi tinggi. Hal itu untuk mengantisipasi kegagalan mengunduh seperti terjadi di UNBK Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
"Dari 13 dari 170 mata uji untuk SMK, di situ ada soal berupa gambar dan foto memerlukan resolusi tinggi komputer di beberapa sekolah tidak bisa," kata dia di Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu, 9 April 2017, seperti dikutip dari Antara.
Muhadjir meminta maaf siswa yang harus mengulang ujian karena persoalan tersebut. Untuk mengantisipasi persoalan yang sama, pihaknya meminta kepada tim untuk mengganti soal yang membutuhkan resolusi tinggi.
"Saya meminta maaf kepada siswa yang kemarin terpaksa gagal kemarin," sesal dia.
Muhadjir mengakui, persoalan ini karena tidak semua sekolah memiliki komputer yang bisa membaca soal tersebut. "Komputer tidak sesulit cetak, kalau cetak setelah dicetak tidak mungkin diganti, kalau komputer tinggal membuat," ujar dia.
Mengenai antisipasi persoalan ujian, Mendikbud Muhadjir Effendy menjelaskan, sebenarnya di tingkat provinsi sudah ada pos pengaduan yang bertugas menindaklanjuti jika ditemukan persoalan dalam ujian nasional.
"Kalau ada kendala dari pusat, provinsi sudah ada tim yang mengambil alih. Sehingga nanti kalau ada persoalan sifatnya lokal langsung ditangani tim, dan di sekolah sudah ada tim teknisnya," ungkap dia.
Saat ini, Muhadjir menambahkan, Kemendikbud mendalami temuan kasus kecurangan UNBK di Nusa Tenggara Barat (NTB). "Untuk UNBK, ada kasusnya di saya sebutkan saja di NTB sekarang sudah ditangani," beber dia.
Ia mengatakan, kecurangan yang ditemukan di NTB ditemukan guru yang menuntun muridnya untuk menjawab soal dalam UNBK. "DI NTB itu bukan bocor, gurunya menuntun murid, itu yang tidak boleh," ujar dia.
Karena itu, ia optimistis pelaksanaan UNBK untuk tingkat SMA akan berjalan lancar.
Mendikbud Muhadjir Effendy mengungkapkan, hampir 80 persen SMA di Indonesia sudah siap menggunakan sistem UNBK. Sementara sisanya karena keterbatasan terlalu jauh, jaringan internet, keterbatasan listrik, dan keterbatasan sekolah harus mengerjakan ujian dengan menggunakan kertas.
Advertisement