Mengekor Bursa Asia, IHSG Dibuka Menguat

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 10 Apr 2017, 09:15 WIB
Pekerja beraktivitas di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau. Pergerakan IHSG mengikuti bursa Asia yang menguat.

Pada pembukaan Senin (10/4/2017), pukul 09.00 WIB, IHSG naik 15,81 poin atau 0,27 persen ke level 5.667,31. Indeks saham LQ45 naik 0,33 persen ke level 940,51. Sebagian besar indeks saham acuan menguat.

Ada sebanyak 100 saham menguat sehingga menahan pelemahan IHSG. Sedangkan 28 saham turun dan 76 saham lainnya diam di tempat. Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi di 5.671,79 dan terendah 5.662,66.

Total frekuensi perdagangan saham sektiar 6.282 kali dengan volume perdagangan 248,4 juta saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 128,5 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat di kisaran Rp 13.314.

Investor asing melakukan aksi beli sektiar Rp 2,6 miliar di pasar reguler.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat. Sektor saham keuangan memimpin penguatan dengan 0,76 persen, disusul pertambangan yang menguat 0,48 persen dan sektor aneka industri dengan 0,26 persen.

Saham-saham yang catatkan penguatan terbesar di awal sesi adalah saham INRU naik 15,23 persen ke level Rp 560, saham CNTX menguat 13,85 persen ke level Rp 740 per saham, dan saham AKPI melonjak 11,96 persen ke level Rp 1.030 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tergelincir antara lain saham DSNG melemah 13,33 persen ke level Rp 520 per saham, saham RBMS merosot 4,17 persen ke level Rp 92 per saham, dan saham ACST turun 3,52 persen ke level Rp 2.740 per saham.

Head of Research PT Reliance Securities Robertus Yanuar Hardy mengatakan, sentimen dari global relatif sepi. Pelaku pasar tengah menunggu data ekonomi Amerika Serikat (AS). Bukan hanya itu, pelaku pasar juga sedang menunggu keputusan mengenai hubungan AS dan China.

"Pasar global akan relatif sepi dari data ekonomi di mana angka inflasi dan penjualan retail AS baru akan diumumkan pada akhir pekan. Pertumbuhan tenaga kerja AS yang masih di bawah estimasi, serta masih tertundanya keputusan mengenai hubungan dagang AS-Tiongkok sampai 100 hari ke depan dikhawatirkan dapat meningkatkan ketidakpastian di pasar," jelas dia, Jakarta, Senin (10/4/2017).

Begitu juga dengan kondisi di dalam negeri yang relatif sepi sentimen. Laporan keuangan emiten sebagian besar telah dirilis.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya