Liputan6.com, Jakarta Budaya menjadi alat ampuh untuk merekatkan berbagai unsur masyarakat menjadi satu kesatuan yang utuh. Hal ini disadari betul oleh Kerajaan Denmark yang bekerjasama dengan Search for Common Ground Indonesia untuk mendukung bangkitnya kebudayaan dan seni sebagai pemersatu di masyarakat. Salah satunya adalah proyek Mabesikan yang pamerannya diadakan di Teater Atap, Komunitas Salihara.
“Hingga saat ini, sudah dua tahun program kebudayaan bersama dengan Search for Common Ground Indonesia dilaksanakan. Tentunnya banyak aksi yang bisa dilakukan untuk membawa kesenian untuk menyelesaikan permasalahan sosial yang muncul di tengah masyarakat. Program ini sendiri dihadirkan untuk mendukung kreativitas dan ekonomi Indonesian dalam bidang seni budaya,” ungkap Duta Besar Kerajaan Denmark untuk Indonesia, H.E Casper Klynge, pada Kamis (6/4/2017).
Advertisement
Bermula pada tahun 2015, program budaya dari Kerajaan Denmark sudah dilaksanakan di berbagai tempat di Indonesia, seperti Maluku, Sulawesi dan Bali. Ide yang diberikan juga sama, untuk mengembangkan berbagai kebudayaan di daerah terpencil, sebagai solusi permasalahan sosial yang muncul dalam kehidupan bermasyarakat.
Tidak hanya di Indonesia, program ini juga diadakan di 10 negara lainnya di dunia setelah diadakan pertamakalinya di Indonesia. Setelah program ini berjalan, ada beberapa hasil yang berbekas secara pribadi di hati Casper, salah satunya adalah pemberdayaan seni di Halmahera dan Kabupaten Karangasem, Bali.
“Salah satu mitra kita di Halmahera, Eko Supriyanto, berhasil mengembangkan seni tari sebagai media mempersatukan pemuda pemudi yang ada di tempat tinggalnya. Dengan profesinya sebagai koreografer, Pak Eko berhasil membawa tarian tradisional keliling dunia.” ungkap H.E Casper Klynge.
Lain lagi cerita di Bali, ketika fotografer Rudi Waisnawa dengan rekannya Arie Putra sebagai seniman mural, mengampanyekan agar Garam Amed dilestarikan. Melalui foto-foto yang diambil, Rudi akhirnya bisa membantu para petani garam mendapatkan kembali tanahnya yang mulai tergusur dengan geliat industri pariwisata yang ada di Kabupaten Karangasem, Bali.
“Tentunya program yang telah kami jalankan ini telah bekerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memilih para seniman mana yang cocok untuk diberikan bantuan sehingga tepat sasaran,” jelas H.E Casper Klynge.
Ia juga berharap, program bantuan ini dapat dilanjutkan di tahun-tahun berikutnya. Setiap program yang sukses nantinya akan diterapkan pula di berbagai daerah di Indonesia, agar dapat menyelesaikan masalah-masalah sosial lainnya lewat seni dan budaya.