Liputan6.com, Palembang Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat yang digelar serempak se-Indonesia juga diikuti oleh siswa Sekolah Luar Biasa (SLB). Keterbatasan mereka itu tak menahan semangat untuk fokus mengisi soal-soal UN.
Di SLB Harapan Mandiri, UN diikuti oleh enam siswa tunagrahita. Didampingi dua orang pengawas antar-SLB, para siswa menjawab soal mata pelajaran agama dengan cepat.
Pengawas UN SLB Harapan Mandiri Hendra mengatakan, tidak ada kendala yang dihadapi para siswa saat menjawab soal. Bahkan, dari waktu ujian yang diberikan, para siswa menyelesaikan ujian lebih cepat.
"Batas waktu ujian sampai pukul 10.00 WIB, namun para siswa sudah menyelesaikan ujian 30 menit sebelum waktu habis," kata Hendra kepada Liputan6.com, Senin, 10 April 2017.
Lakoni, Kepala SLB Harapan Mandiri mengatakan soal ujian para siswa SLB Kelompok C ini dibuat oleh pihak sekolah. Para siswa diberikan soal dengan dengan jumlah 30 soal untuk Kelompok C1 dan 40 soal untuk Kelompok C.
Baca Juga
Advertisement
"Kalau siswa SLB Kelompok C dan C1 tidak mengikuti UN. Tapi cukup dengan Ujian Sekolah (US) saja, sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang terbatas," ujar dia.
Untuk membantu para siswa tunagrahita memahami sistem ujian, guru pengawas harus memberikan instruktur pengerjaan, seperti memulai membaca soal dan memilih jawaban.
Sama halnya di SLB Negeri Pembina Palembang, para siswa tunagrahita juga mengikuti ujian secara serempak. Ada 10 siswa tunagrahita dan tiga siswa tunarungu yang mengikuti ujian dua mata pelajaran di hari pertama.
Menurut Kepala SLBN Pembina Palembang Juminang, hanya siswa tunarungu yang mengikuti Ujian Nasional dengan kurikulum khusus.
"Siswa tunarungu hanya miskin bahasa saja, karena tidak bisa berbicara. Tapi, tingkat intelegensi mereka sama seperti siswa regular," ujar Juminang.
Karena keterbatasan komunikasi, penggunaan bahasa dalam pertanyaan UN siswa tunarungu lebih singkat dibandingkan soal siswa regular. Namun, sejauh ini para siswanya selalu lulus UN.
Pendampingan Khusus di SMA Inklusi
Advertisement
43 Siswa Berkebutuhan Khusus Ikuti UN Di Banten
Sebanyak 43 siswa berkebutuhan khusus mengikuti Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil (UNBKP) di 20 Sekolah Kebutuhan Khusus (SKK) di Kota Serang.
Dengan segala keterbatasannya, mereka semangat mengerjakan soal-soal ujian. Dari 43 siswa tersebut, dua di antaranya adalah tunarungu dan delapan lainnya mengalami tunagrahita.
"Untuk teknisnya, kita mendampingi mereka untuk mengerjakan soal. Namun untuk tuna rungu, tidak ada pendampingan, hanya yang berketerbelakangan mental saja," kata Rini Intani, pengawas pendidikan khusus dari Dinas Pendidikan (Dindik) Banten, Senin, 10 April 2017.
Ujian Nasional (UN) tingkat SMA sederajat bagi siswa berkebutuhan khusus itu menggunakan tingkat kesulitan berbeda dengan siswa normal lainnya. Ujian dimulai pada pukul 11.00 WIB.
"Saya kira mereka tetap semangat, dan harus tetap semangat," ujar dia.
Dindik Banten memiliki kebijakan khusus guna mendorong siswa berkebutuhan khusus tetap dapat menikmati pendidikan layaknya siswa normal lainnya.
"Dengan keterampilan yang unggul, siswa dari kalangan disabilitas akan sangat diperhitungkan. Di Banten, banyak sekali potensi yang bisa dikembangkan, seperti membatik," kata Kepala Dindik Banten Engkos Kosasih.
Beberapa kebijakan Dindin Banten bagi siswa berkebutuhan khusus yakni, pembuatan kurikulum bermuatan lokal, melengkapi sarana dan prasarana pendidikan, mengembangkan keterampilan siswa, dan meningkatkan kualitas tenaga pengajar.