Ketum PBNU: Agama Dipolitisasi Berbahaya, Nilai Ibadahnya Nol

Ketua PBNU ini berpesan agar semua pihak bisa berpikir matang dan tidak mudah terhasut.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 11 Apr 2017, 08:15 WIB
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj angkat bicara mengenai isu SARA yang mempolitisasi agama, khususnya pada helatan Pilkada DKI putaran kedua.

Dia berpandangan, hal itu tidak boleh terjadi. Apalagi jika sampai dibawa ke tempat ibadah, seperti masjid, gereja, dan sebagainya.

Dia mencotohkan, jika seseorang ada niatan politis saat menjadi penceramah salat Jumat, maka nilai ibadanya menjadi nol alias tidak ada. Hal ini disampaikannya saat menerima silaturahmi paslon nomor dua, Ahok-Djarot.

"Hakikatnya nol. Jika ibadah tapi tujuannya bukan ibadah, itu nilai ibadahnya nol. Zero (nol) betul ibadahnya," kata Said di kantor PBNU, Jakarta, Senin (10/4/2017) malam.

Dia menilai, jika agama sudah dipolitisasi, maka akan berdampak sangat bahaya. Hal ini justru merugikan semua pihak.

"Very-very danger (sangat bahaya) agama untuk dipolitisasi. Itu di mana-mana ya (bukan hanya di DKI)," jelas Said.

Karena itu, ketua umum PBNU ini berpesan agar semua pihak bisa berpikir matang dan tidak mudah terhasut. Sehingga bisa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya