Liputan6.com, New York - Harga emas berakhir sedikit berubah terpicu ekspektasi jika Federal Reserve (The Fed) akan kembali meningkatkan suku bunga acuannya demi mengimbangi kekhawatiran atas ketegangan politik di Korea Utara dan Timur Tengah.
Di akhir sesi perdagangan, harga emas terdorong pernyataan Ketua The Fed Janet Yellen, bahwa ini saat tepat untuk secara bertahap menaikkan suku bunga acuan jika ekonomi negaranya terus menguat.
Melansir laman Reuters, Selasa (11/4/2017), harga emas di pasar spot naik 0,04 persen ke posisi US$ 1.254,06 per ounce. Sementara emas berjangka AS untuk pengiriman Juni menetap 0,3 persen lebih rendah ke posisi US$ 1.253,90 per ounce.
Baca Juga
Advertisement
Pada Jumat pekan lalu, harga logam naik di atas US$ 1.270 untuk pertama kalinya sejak awal November. Ini setelah data pekerjaan AS tercatat lebih rendah dari harapan.
"Tampaknya terjadi beberapa aksi profit taking setelah pergerakan 200 hari rata-rata (harga emas) pada hari Jumat," kata analis Mitsubishi Jonathan Butler.
Harga emas juga terdorong langkah Amerika Serikat yang meluncurkan serangan rudal ke sebuah pangkalan udara di Suriah.
Pembantu Presiden AS Donald Trump mengeluarkan pernyataan terkait ini. Sekretaris Negara AS Rex Tillerson menegaskan bahwa serangan itu merupakan peringatan bagi negara-negara lain, termasuk Korea Utara.
"Emas kini terjebak di antara ketegangan politik yang bisa memicu arus safe haven, dan pasar melihat risiko geopolitik untuk kenaikan suku bunga AS berikutnya," menurut catatan Standard Chartered.
Harapan bahwa laju suku bunga AS meningkat tahun ini, mengangkat biaya bagi memegang bullion non-unggul, yang terbukt menjadii tarik utama pada emas.
Di pasar berharga lainnya, harga perak tergelincir. Harga perak turun 0,2 persen menjadi US$ 17,93 per ounce, setelah mencapai posisi tertinggi sejak 27 Februari di level US$ 18,47 pada Jumat.
Sedangkan harga Platinum 1,2 persen lebih rendah ke posisi US$ 939,9, sedangkan paladium turun 1,6 persen menjadi US$ 788,20.