Liputan6.com, Nusa Dua Presiden Islamic Development Bank (IDB) Group Bandar Al Hajjar menyebut kebutuhan anggaran infrastruktur negara-negara di dunia mencapai US$ 3,3 triliun pada tahun sebelumnya.
Sementara anggaran yang tersedia hingga saat ini baru menyentuh US$ 2,5 triliun, sehingga ada kekurangan dana infrastruktur sebesar US$ 800 miliar.
"Total belanja infrastruktur secara global sebesar US$ 3,3 triliun. Tapi belanja yang ada saat ini US$ 2,5 triliun, sehingga ada selisih atau kekurangan US$ 800 miliar secara global," kata Al Hajjar di acara The 3rd IDB Member Countries Sovereign Investments Forum di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua Bali, Senin malam (10/4/2017).
Baca Juga
Advertisement
Sementara kekurangan pembiayaan infrastruktur di negara-negara anggota IDB, diakui Al Hajjar mencapai US$ 200 miliar-US$ 220 miliar per tahun.
IDB bekerja sama dengan lembaga multilateral dan lembaga keuangan lain, termasuk sektor swasta dan publik untuk mengatasi tantangan gap anggaran tersebut.
"IDB terus memainkan peranan penting dalam memenuhi kebutuhan infrastruktur negara anggotanya. Penyaluran pembiayaan di 2016 mencapai US$ 127,3 miliar," terang Mantan Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi itu.
Dalam menyalurkan pembiayaan, menurut Al Hajjar, IDB fokus menyasar pada sektor energi, pertanian, pendidikan, keuangan, kesehatan, dan air bersih. Ini meliputi negara Timur Tengah, Asia, Afrika, serta negara lainnya.
"IDB memiliki lingkup operasional yang terluas dibanding bank pembangunan multilateral lainnya," dia mengatakan.
Dia menuturkan, total ada 78 dana abadi atau Sovereign Wealth Fund (SWF) di dunia dengan aset lebih dari US$ 7 triliun. Dari jumlah tersebut, 32 SWF di antaranya dimiliki negara-negara anggota IDB dengan nilai aset lebih dari US$ 3 triliun.
"Dari 11 SWF baru yang didirikan selama lima tahun terakhir, lima di antaranya dimiliki negara-negara IDB dengan total aset US$ 6 miliar dan aset ini diperkirakan terus meningkat," Al Hajjar menuturkan.