Liputan6.com, Paris - Kebakaran hebat melanda kamp pengungsi Grande-Synthe yang terletak di Prancis utara. Petugas pemadam kebakaran mengatakan, sedikitnya 10 orang terluka dalam peristiwa tersebut.
"Tidak ada yang tersisa kecuali tumpukan abu. Nyaris mustahil untuk kembali membangun pondok di tempat yang sama," ujar Michel Lalande, kepala polisi di wilayah Nord seperti dilansir The Guardian, Selasa, (11/4/2017).
Advertisement
Kebakaran terjadi setelah bentrokan antara imigran Kurdi dan Afghanistan. Peristiwa itu melukai setidaknya enam orang.
Polisi anti huru-hara diterjunkan untuk menghadapi situasi tersebut, namun bentrokan justru terjadi antara aparat keamanan dengan sekitar 100 hingga 150 imigran.
"Seorang imigran yang terluka berada dalam kondisi kritis. Sementara itu, tiga imigran lainnya menderita luka tusuk," ujar petugas polisi.
Juru bicara kepolisian setempat mengatakan, mayoritas pondok terbakar.
"Lebih dari setengah kamp hancur," ujar jubir tersebut seraya menambahkan setidaknya 165 imigran lain telah diungsikan ke penampungan sementara terdekat.
Insiden kebakaran kamp pengungsi ini akan kembali memusatkan perhatian publik pada kebijakan imigrasi pemerintah sebagaimana proses negosiasi Brexit tengah berlangsung saat ini.
Menteri Brexit David Davis mengatakan, imigrasi dapat meningkat bahkan setelah Inggris hengkang dari Uni Eropa. Tidak menutup kemungkinan, pengungsi akan membanjiri kawasan Prancis utara pada tahun-tahun mendatang.
Para pejabat Prancis menyampaikan pada pertengahan Maret lalu, pasukan keamanan berencana untuk memulai pembongkaran kamp Grande-Synthe menyusul bentrokan yang terjadi. Populasi di tempat pengungsian itu dikabarkan telah membengkak sejak dibongkarnya kamp Calais beberapa waktu lalu.
Kamp Grande-Synthe merupakan rumah bagi 1.000 hingga 1.500 pengungsi. Di sana mereka tinggal di pondok-pondok yang terbuat dari kayu.
Selama lebih dari satu dekade, pantai utara Prancis telah menjadi titik fokus bagi para pengungsi untuk mencapai Inggris. Sementara itu, aparat Prancis telah berulang kali menghancurkan kamp-kamp di wilayah tersebut.