Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat. Sejumlah sentimen baik internal dan eksternal picu penguatan nilai tukar rupiah.
Mengutip data Bloomberg, Selasa (11/4/2017), rupiah naik 6 poin ke level 13.280 per dolar AS pada awal perdagangan dari penutupan kemarin di kisaran 13.286 per dolar AS. Rupiah bergerak di kisaran 13.270-13.291 hingga Selasa siang.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) rupiah menguat 41 poin dari 13.323 per dolar AS pada 10 April 2017 menjadi 13.282 per dolar AS pada 11 April 2017.
Baca Juga
Advertisement
Ekonom PT Bank Permata Tbk Joshua Pardede menuturkan, pergerakan rupiah dipengaruhi sentimen bervariasi dalam dua hari ini.
Dari eksternal, pernyataan pimpinan bank sentral AS atau the Federal Reserve (The Fed) Janet Yellen cenderung lembut atau kurang agresif mendukung rupiah. Lantaran bank sentral AS akan mengurangi neraca keuangan atau balance sheet pada 2018.
"Bank sentral AS akan mengurangi neraca keuangannya sehingga kenaikan suku bunga lebih rendah dari perkiraan. Tak mungkin kurangi balance sheet dan naikkan suku bunga dalam waktu bersamaan, " ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Penguatan rupiah juga didukung dari kenaikan harga minyak dunia. Selain itu, aliran dana investor asing masih masuk ke pasar obligasi atau surat utang, Apalagi pemerintah Indonesia lelang surat utang negara (SUN) Rp 15 triliun.
"Minat investasi masih cukup bagus. Ini menunjukkan fundamental ekonomi Indonesia membaik," ujar Joshua.
Joshua mengatakan, aliran dana investor asing masuk ke pasar obligasi ini menanti lembaga pemeringkat internasional S&P untuk menaikkan peringkat Indonesia pada akhir April atau awal Mei 2017.
"Pelaku pasar price in. Inflow cukup besar masuk ke obligasi," kata dia.
Ia melanjutkan, imbal hasil obligasi bertenor lebih panjang juga cenderung turun lantaran aliran dana investor asing yang masuk. Dengan diharapkan ada kenaikan peringkat utang oleh S&P harga obligasi akan naik.
Ia menambahkan, pelaku pasar juga merespons cadangan devisa Maret 2017 yang tercatat US$ 121,8 miliar jadi ada kenaikan sekitar US$ 1,9 miliar dibanding posisi akhir Maret 2017 sebesar US$ 119,9 miliar. Sentimen ini dukung rupiah.
"Rupiah akan bergerak di kisaran 13.250-13.350 per dolar AS," kata dia.