Studi: Ubur-Ubur Adalah Nenek Moyang Hewan di Bumi

Hampir satu abad para ilmuwan menganggap spons adalah hewan pertama penghuni Bumi. Namun menurut penelitian terbaru, hal berbeda terungkap.

oleh Citra Dewi diperbarui 12 Apr 2017, 06:27 WIB
Ubur-ubur sisir (Wikipedia Commons)

Liputan6.com, Nashville - Hampir satu abad, para ilmuwan menganggap bahwa hewan paling awal yang menghuni Bumi adalah spons karena kehidupan sederhana yang dimilikinya. Namun, berdasarkan analisis genetik terbaru, ubur-ubur jadi hewan tertua di dunia.

Pada 2008, sebuah penelitan menyarankan bahwa ubur-ubur sisir atau ctenophore sebagai hewan tertua di Bumi. Namun hal tersebut memicu kontroversi besar karena sebagian besar orang menagnggap spons yang layak menyandang 'gelar' tersebut.

Saat ini, berdasarkan penelitian yang dijelaskan dalam jurnal Nature Ecology & Evolution, ilmuwan di AS menggambarkan bagaimana mereka telah merancang khusus analisis genetik untuk menyelesaikan pertanyaan tersebut.

Menurut penjelasan mereka, teknik tersebut secara konsisten mendukung ctenophore sebagai kelompok dari semua metazoa -- hewan multisel.

Peneliti yang berasal dari Universitas Vanderbilt dan Wisconsin-Madison mengatakan, sebelumnya ilmuwan berusaha mencari hubungan antara hewan dengan mengumpulkan data genetiknya dalam jumlah besar lalu membuat pohon keluarga.

"Ini bekerja dengan sangat baik dalam 95 persen kasus, namun tampaknya telah menyebabkan perbedaan yang tak dapat didamaikan kembali atas lima persen sisanya," ujar Profesor Antonis Rokas dari Vanderbilt seperti dikutip dari Independent, Selasa (11/4/2017).

Sebaliknya, mereka fokus membandingkan gen yang dimiliki semua organisme.

"Trik ini untuk menguji urutan gen dari organisme yang berbeda untuk mencari tahu apa yang mereka identifikasi sebagai kerabat dekatnya" ujar Rokas.

Hal itu termasuk memeriksa ratusan bahkan ribuan gen.

Hasil analisis yang disebut "phylogenetic signal" menemukan bahwa ubur-ubur sisir memiliki gen yang jauh lebih banyak untuk mendukung klaim sebagai hewan pendahulu dibandingkan spons.

Teknik yang sama digunakan untuk mencari tahu apakah buaya memiliki hubungan yang lebih erat dengan burung atau kura-kura.

Berdasarkan studi, sebanyak 74 persen gen buaya mendukung ide bahwa kura-kura merupakan spesies saudaran buaya, sementara itu burung lebih seperti sepupu dekat.

Namun peneliti mengatakan bahwa beberapa kontroversi, seperti asal mula burung modern dan tanaman berbunga, masih belum terpecahkan.

Meski demikian Profesor Rokas mengatakan, timnya meyakini bahwa pendekatannya dapat menyelesaikan banyak kontrovesi dan meningkatkan rekonstruksi filogenetik ke tingkat yang lebih baru.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya