Liputan6.com, Pyongyang - Sejak mewarisi takhta kepemimpinan Korea Utara dari ayahnya pada tahun 2011, Kim Jong-un yang dulu masih 'hijau' dan belum berpengalaman kini menjelma jadi seorang tiran yang tak hanya mengerikan bagi rakyatnya, tapi juga bikin dunia ketar-ketir.
Pada Selasa, elite politik Korea Utara dari sejumlah wilayah berkumpul di Pyongyang untuk menghadiri Musyawarah Rakyat Luar Biasa (Supreme People's Assembly), sebuah acara pertemuan simbolik dengan Kim Jong-un sebagai tamu kehormatan.
Advertisement
Perlahan namun pasti, kini anak Kim Jong-il itu mulai merubah Korea Utara sebagai salah satu negara yang patut diwaspadai dalam kancah perpolitikan global.
Pada saat yang bersamaan, mengubah status sang pemimpin di mata dunia--meskipun penuh kontroversi--menjadi seorang penguasa yang perlu dipantau geraknya.
Belakangan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahkan mengirimkan armadanya ke Semenanjung Korea, untuk merespons uji coba rudal Korut.
Untuk menjadi penguasa yang kuat, Kim Jong-un tentu saja harus melakukan konsolidasi di dalam negeri untuk melanggengkan kekuasaannya. Bagaimana caranya? Ini di antaranya, seperti Liputan6.com kutip dari CNN, Selasa, (11/4/2017).
1. Reformasi Ekonomi ala Kim Jong-un
Menurut Profesor Choi Jong-kun dari Department of Political Science and International Studies Yonsei University, sejak takhta dinasti Kim jatuh ke tangan Jong-un, anak Kim Jong-il itu melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam mengkonsolidasikan kekuasaannya untuk membentuk Korea Utara sesuai dengan gambaran dirinya.
"Kita baru melihat 5 tahun masa kepemimpinannya...dan dia sudah mencoba banyak hal. Dia mereformasi ekonomi lebih baik dari sang ayah, demi memajukan kapabilitas pengembangan senjata nuklir dan misil negara itu," imbuh Choi.
Sementara itu, Nick Bisley dari La Trobe University di Melbourne menjelaskan bahwa program nuklir menjadi prasyarat reformasi ekonomi Korut.
"Hanya ketika mereka mulai percaya diri bahwa mereka memiliki senjata nuklir, barulah kita bisa melihat reformasi ekonomi mereka," ujar Bisley.
Skenario terbaiknya, Korut akan mengikuti langkah China.
Advertisement
2. Pembunuhan Politik
Ini adalah aspek paling brutal yang dilakukan Kim.
Sang tiran akan melakukan segala tindakan yang dianggap perlu untuk menguatkan dan memusatkan kekuasaan politik dan pemerintahan Korea Utara hanya pada dirinya seorang.
Salah satu cara yang dilakukan untuk mencapai hal itu adalah dengan melakukan pembunuhan politik.
Institue for National Security Strategy, lembaga kajian Korea Selatan, mengklaim bahwa sepanjang 2011 hingga 2017, Kim Jong-un telah memerintahkan eksekusi mati terhadap 340 orang dan 140 orang diantaranya merupakan pucuk tertinggi lembaga pemerintah, militer, dan partai.
Salah satu korban adalah pamannya sendiri, Jang Song Thaek yang diduga akan melakukan kudeta terhadap Kim Jong-un. Pembunuhan politik ini terakhir terjadi pada Februari 2017 dengan 5 orang deputi setingkat menteri dieksekusi.
"Menunjukkan kekuasaan dengan cara seperti itu adalah ciri khas rezim totaliter...cara media Korut menyorot kasus itu juga diupayakan agar tindakan Kim Jong-un adalah karakter aslinya, untuk menunjukkan bahwa kekuasaan sepenuhnya ada di genggaman Kim," kata Michael Madden, anggota lembaga kajian 38 North.
3. Provokasi Nuklir
Revisi konstitusi Korut pada tahun 2013 membuat negara itu kini menggebu-gebu untuk membuat dan memiliki senjata nuklir.
Meski banyak program nuklir mereka menunjukkan kemunduran, tapi secara global, hanya masalah waktu hingga Korut punya senjata pemusnah massal-nya sendiri.
Bagi Korut, nuklir adalah cara utama untuk merevitalisasi negara mereka di mata dunia. Dan pada tahun 2017 ini, negara itu mulai memasuki tahap akhir program pengembangan persenjataan nuklir.
"Kim Jong-un juga telah mempromosikan nilai baru pada hierarki kekuasaan di Korut, yakni profesionalisme. Banyak orang yang awalnya tidak dikenal, kini naik ke pucuk tertinggi di rezim Kim karena mereka memiliki kemampuan dan profesional. Nuklir adalah salah satu wadahnya," ujar Madden.
Advertisement
Pemimpin Muda yang Kawakan Atau Amatir?
Kim Jong-un menduduki kursi kepemimpinan tertinggi Korut di usia muda dan ia dengan tegas menyingkirkan orang-orang yang berusia tua, khususnya yang mengancam status quo-nya.
Pengamat menilai bahwa untuk kedepan, Pyongyang akan diisi oleh orang-orang muda. Tak ada lagi orang tua dengan gaya Stalinisme yang identik dengan penguatan figur dan kharisma.
"Kecuali ada transformasi politik, saya rasa semua akan loyal kepada Kim," kata Choi.
Untuk lima tahun pertama, pengamat menilai apa yang dilakukan Kim merupakan upaya untuk menegaskan kekuasaannya di Korea Utara dan dunia.
Dan, di untuk tahun-tahun kedepan, besar kemungkinan ia akan relatif sukses menjadi pemimpin sebuah negara yang adikuasa.