Liputan6.com, Jakarta PT PLN (Persero) menyatakan, saat ini sistem kelistrikan Khatulistiwa, Kalimantan Barat telah aman. Pasalnya, sistem ini memiliki cadangan pasokan listrik sebesar 126 Mega Watt (MW).
General Manager PLN Wilayah Kalimantan Barat, Bima Putrajaya mengatakan, listrik Kota Pontianak, Kubu Raya, Mempawah, Singkawang, Sambas dan Bengkayang sudah dalam status aman, setelah beroperasinya empat unit Pembangkit Tenaga Gas (PLTG) portable atau Mobile Power Plant (MPP), masing-masing berkapasitas 25 Mega Watt (MW).
Advertisement
"Kondisi kelistrikan seperti ini tentu saja akan semakin kondusif menopang potensi industri yang tumbuh di Kota Pontianak, Kubu Raya, Mempawah, Singkawang, Sambas dan Bengkayang," kata Bima, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Selasa (11/4/2017).
Menurut Bima, dengan masuknya 4 unit mesin pembangkit berkapasitas 25 MW peru nit tersebut maka daya mampu pembangkit PLN disistem Khatulistiwa menjadi 426 MW, sedangkan beban puncak tertinggi saat ini masih di bawah 300 MW.
"Saat ini kita punya spare daya sekitar 30 persen dari seluruh kebutuhan listrik masyarakat," ucap Bima.
Bima melanjutkan, pada 2017 ini sistem khatulistiwa akan mendapatkan tambahan pasokan listrik sebesar 2 x 50 MW, berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PLTU Kalbar 1 dan 3, dengan begitu, total daya mampu menjadi 526 MW.
Untuk menunjang pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Barat khususnya di sektor industri, PLN terus berupaya meningkatkan daya mampu mesin pembangkit, baik di sistem Khatulistiwa maupun daerah-daerah lainnya, seperti Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara dengan mengoperasikan PLTU berkapasitas 2 x 10 MW.
"Hingga tahun 2017 ini nantinya kita akan memiliki kelebihan daya sekitar 226 MW, dan ini sangat lebih dari cukup untuk mengakomodir kebutuhan listrik di segala sektor dunia usaha,"ungkapnya.
Untuk mengalikan listrik dari pembangkit ke masyarakat, PLN akan membangun beberapa Gardu Induk (GI) . Menurutnya, dalam 1 unit GI dapat menopang kebutuhan listrik sebesar 30 MW, dan itu tentu saja lebih dari cukup untuk sebuah kawasan industri dimanapun lokasinya berada.
Terkait dengan masalah sering terjadi gangguan pemadaman listrik di wilayah tersebut akhir ini. Bima mengungkapkan, gangguan terbanyak terjadi pada jaring transmisi antara Sei Raya-Siantan, dan antara Siantan - Kota Baru. Gangguan yang terjadi dijaringan transmisi yang ditopang oleh tiang setinggi 35 meter tersebut disebabkan oleng kawat layang-layang.
Berdasarkan data gangguan dari PLN AP2B Kalbar yang mengatur penyaluran listrik ke pelanggan, di bulan Februari dan Maret 2017 terdapat gangguan pada jaring transmisi sebanyak 72 kali. Lokasi
"Jaring transmisi setinggi tiga puluh lima meter nyaris aman dari gangguan apapun kecuali kawat layang-layang. Untuk itu kami berharap masyarakat peduli akan keberadaan listrik serta turut berpartisipasi menjaga jaringan dan instalasi listrik dengan cara tidak bermain layang-layang terutama dengan menggunakan tali kawat," tutup Bima.