Putri Kesayangan Trump Berperan dalam Serangan AS ke Suriah?

Sosok Ivanka disebut-sebut berada di balik keputusan Trump untuk menyerang Suriah. Ini tidak lepas dari pengakuan sang adik, Erick.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 12 Apr 2017, 09:09 WIB
Ivanka, putri Trump yang menjabat sebagai asisten presiden (AP/Evan Vucci)

Liputan6.com, Washington, DC - Belum reda keterkejutan dunia atas keputusan Donald Trump menyerang Suriah, kini anak ketiga presiden Amerika Serikat Eric Frederick Trump muncul dengan pernyataan yang tak kalah mengagetkan.

Eric mengklaim, ia yakin kakak perempuannya Ivanka Trump menggunakan pengaruhnya atas sang ayah untuk mendorong serangan rudal Tomahawk ke Suriah pada Kamis malam waktu setempat.

AS berdalih langkah tersebut merupakan respons atas serangan kimia yang mereka tuding dilakukan oleh rezim Bashar al-Assad. Setidaknya 87 orang dilaporkan tewas dalam peristiwa tragis tersebut, termasuk di antaranya lebih dari 30 anak-anak.

"Ivanka adalah ibu dari tiga anak dan dia punya pengaruh. Saya yakin dia mengatakan, 'Dengar, ini adalah hal yang mengerikan'," ungkap Erick dalam wawancaranya dengan The Telegraph.

"Ayah saya akan bertindak di saat seperti itu. Dan omong-omong, dua tahun lalu dia anti-melakukan apapun terhadap Suriah. Lalu seorang pemimpin (Assad) menyerang rakyatnya, perempuan dan anak-anak. Pada beberapa poin, Amerika adalah pemimpin global dan adidaya dunia datang dan beraksi dan mendapat banyak dukungan dari sekutu dan saya rasa itu sesuatu yang hebat," imbuhnya.

Dalam kesempatan tersebut, Erick menekankan ia bukan bagian dari Gedung Putih. Namun di lain sisi, pria kelahiran 33 tahun silam itu mengatakan, ayahnya 'sangat dipengaruhi' oleh gambar anak-anak yang terluka pasca-serangan senjata kimia di Provinsi Idlib.

"Tidak ada seorangpun di dunia yang melihat gambar tersebut dan tidak terpengaruh. Itu mengerikan. Mereka biadab dan saya senang dengan respons yang diberikan," tutur suami dari Lara Yunaska ini seperti Liputan6.com kutip dari The Telegraph, Rabu, (12/4/2017.

Ivanka yang kerap digambarkan sebagai putri kesayangan Trump, bulan lalu mendapat peran di Gedung Putih sebagai asisten presiden. Hal ini mendapat sorotan luas, memicu perdebatan soal konflik kepentingan meski Ivanka sendiri tidak diupah untuk posisi tersebut.

Trump tidak hanya merekrut anak perempuannya, namun juga menantunya Jared Kushner. Pria yang dikenal sebagai pebisnis tersebut menjabat sebagai penasihat senior di pemerintahan sang mertua.

Kurang lebih tiga bulan sejak pelantikan presiden, sosok Ivanka, putri satu-satunya Trump dari istri pertamanya Ivana lebih menonjol dibanding Melania sebagai ibu negara. Ivanka muncul dengan membawa sejumlah isu termasuk yang berkaitan dengan perempuan dan pengembangan tenaga kerja.

Perempuan berusia 35 tahun itu ambil bagian dalam lawatan sejumlah pemimpin dunia ke Washington. Ia terlibat dalam kunjungan PM Jepang Shinzo Abe, PM Kanada Justin Trudeau, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan yang terbaru Presiden China Xi Jinping.

Ketika bertemu Presiden Xi dan istri Peng Liyuan, putri sulung Ivanka, Arabella, sempat menyanyikan sebuah lagu berbahasa Mandarin.

Erick yang kini mengambil alih kerajaan bisnis Trump bersama dengan saudara laki-lakinya Donald Trump Jr mengklaim, Ivanka memiliki pengaruh positif atas sang ayah karena ia tidak pernah takut untuk mengatakan 'tidak'.

"Ivanka berada disisinya (Trump) di Washington. Dia tidak terlibat dalam segala hal. Saya rasa dia fokus pada isu-isu yang menjadi kepeduliannya...," ujar Erick.

Sementara itu, Kushner yang merupakan suami Ivanka diyakini juga mendukung penuh serangan udara AS ke Suriah. Posisi ini membuatnya bertentangan dengan Steve Bannon, kepala strategi Trump.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya