Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump kembali menyampaikan komentar kontroversial. Secara verbal, miliarder nyentrik itu menghina Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
"Assad itu 'binatang'," ucap Trump seperti dikutip dari Arab News, Rabu (12/4/2017). Artikel serupa juga dimuat di hampir semua media Barat, seperti New York Times, juga Russian Today (RT).
Trump menyebut, omongan kerasnya ini sangat beralasan. Sebab, Assad telah melancarkan serangan keji, menggunakan senjata kimia, ke rakyatnya sendiri.
Selain mengarahkan kemarahan ke Assad. Politikus Partai Republik ini, juga kembali mengkritik Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Dia mengatakan, Putin telah melakukan kesalahan besar. Hal itu karena pemimpin Rusia itu telah mendukung Assad yang disebutnya sebagai orang jahat.
Baca Juga
Advertisement
"Dukungan Putin ke Assad tidak baik bagi Rusia. Bukan cuma untuk Rusia tapi bagi seluruh umat manusia," sebut Trump.
Sepekan terakhir, [Trump]( 2917167 "") terus menekan Putin. Ia meminta, Putin untuk menanggalkan dukungannya terhadap Assad.
Bukan hanya kritikan. Diperkirakan, kunjungan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson ke Moskow adalah untuk melobi Rusia melepas koalisinya dengan Pemerintah Suriah.
Pertemuan antara Tillerson dan Menlu Rusia Sergei Lavrov dilakukan salah satu tujuannya untuk membahas masalah Suriah.
Gedung Putih dan Kremlin memang beda pendapat terkait Suriah. AS bersikeras bahwa Pemerintah Suriah di bawah Assad adalah otak penggunaan senjata kimia.
Rusia menganggap tuduhan AS tak benar. Yang mereka ketahui, senjata kimia dimiliki oleh pemberontak yang ingin menumbangkan kekuasaan Assad.
Rusia: Perilaku Donald Trump Primitif
Aksi Donald Trump direspons Rusia. Pihak Moskow menyebut, apa yang dilakukan Presiden AS itu 'primitif dan buruk'.
Pernyataan tersebut disampaikan Wakil Menlu Rusia, Sergei Ryabkov, sebelum Menlu AS State Rex Tillerson memulai pembicaraan soal krisis Suriah di Moskow.
Seperti dikutip dari The Sun, Ryabkov juga menyebut, posisi AS dalam isu Suriah masih 'misteri' bagi pihak Rusia.